***
Nah, karya seni, dewasa ini –memang- menjadi idola, dan layak dijadikan medium pembelajaran, terlebih meramu materi di masa Pandemi ini kan?
Dan beruntung bagi saya, semua bisa dipetik, dari filosofis karya-karya Solarpunk, yakni cara-cara  pandang seni yang menggambarkan masa depan, dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan. Hal tadi memang fiksi, namun memungkinkan terwujud, dengan  hadirnya harapan atas kehadiran teknologi canggih ramah lingkungan serta energi terbarukan.
Di Indonesia memang terdengar belum akrab ya? Namun Banyak sekali inspirasi atas filosofis karya-karya Solarpunk, macam fiksi-fiksi spekulatif, yang mampu dikembangkan. Salah satunya karya fiksi kisah ekologis dan fantastis dalam dunia yang berkelanjutan. Sudah baca? Arsitektur Genre Solarpunk seperti Marina Bay sands Harbour Towers, sudah dikenal pula sebagai Amager Bake.
Fiksi Solarpunk, juga dapat dijumpai dari novel, cerita pendek, dan puisi berkonten masa depan. Solarpunk dalam konten-konten karyanya selalu melukiskan aktivitas manusia-manusia optimis mampu berdampingan  secara lebih harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam perkembangannya terkini, Solarpunk hadir dalam beragam medium karya, seperti sastra, seni rupa, arsitektur, mode, musik dan juga video game. Ikonografi Solarpunk, memiliki karakter kuat pada simbol energi terbarukan seperti tenaga surya, serta angin, yang pas dengan semangat dinamis generasi Z kini kan?
Tentang Generasi Z, harapan hadirnya sosok Jack Hall masa depan,fiksikah?
Indonesia memiliki ambisi menggapai Net-Zero Emissions di tahun 2060? Banyak sekali arah kebijakan yang akan menuntut pengabaian aktivitas yang padat karbon terjadi. Salah satunya, dalam aktivitas sektor energi yakni, penurunan intensitas energi, pengembangan energi baru dan terbarukan, penerapan standart kinerja energi minimum, serta kendaraan listrik berbasis baterai.
Duh. akan banyak kali rintangannya mewujudkannya? Mulai dari Pembiayaan, teknologi serta SDM yang handal. Dan –penting- juga kepedulian dan kesadaran manusia, yang mampu beradaptasi ke NZE, lewat penerapan produk-produk yang ramah-lingkungan.
Nah, mewujudkannya, saya pikir diperlukan sebuah imajinasi radikal generasi Z kini, Â yang akhirnya mampu linier dengan tindak-tanduk, guna menterjemahkan adaptasi perubahan iklim secara nyata.