Tadi malam saya bermimpi indaah sekali. Mau tau? Saya bermimpi, mudik ke kampung halaman di Semarang dengan selamat. Ibu dan keluarga saya, terlihat bahagia sekali. Rindu setengah mati kami reda seketika, lalu ibu berbisik kepada saya akan memasakan rendang sapi yang paling enak. Iya, buat hari fitri nanti.
Di dalam perjalanan saya, dari Samarinda-Semarang semalam, suasana jalan nampak lengang, tidak ada kemacetan. Dari Bandara Sepinggan Balikpapan cuaca begitu berseri, pesawat menerbangkan saya menuju Bandara Juanda Surabaya.
Lalu saya-pun melanjutkannya ke Semarang via Bus dari terminal Bungurasih menuju Terminal Terboyo Semarang. Saya heran, kok di sepanjang jalur pantai utara (pantura) tidak macet lagi oleh kendaraan. Perjalanan yang memakan waktu 9-an jam itu terasa menyenangkan. Ada apa ini?Ahai.. ternyata hanya mimpi.
Namun menurut saya, bagaimana membangun kesadaran untuk tertib menggunakan transportasi umum dalam momen-momen khusus seperti mudik nanti. Itu bisa menjadi kata kuncinya. Sulitkah?
Tren itu memang menggembirakan. Dari beberapa moda Transportasi umum yang tersedia, ternyata moda pesawat, bus dan kereta api menjadi moda transportasi favorit yang dipilih penumpang dengan kisaran prediksi 4-5 juta penumpang untuk menghadapi momen sakral tahun ini.
Sedangkan, angkutan pribadi juga akan diprediksi pasti naik, untuk kendaraan roda empat berjumlah 3.48 juta penumpang dan sepeda-motor mencapai 6.07 juta penumpang. Tren kenaikan keduanya-pun dari tahun sebelumnya 2016 yakni 13% dan 18%.
Kenaikan ini ternyata masih lebih besar dari kenaikan jumlah penumpang yang menggunakan moda transportasi umum-kan?.
Data tersebut seolah ingin mengatakan kepada kita untuk terus tetap berhati-hati dalam menempuh perjalanan mudik ke kota tujuannya masing-masing. Dengan tumpahnya kendaraan pribadi di jalan-jalan yang berpotensi dilalui pemudik, terutama jalur-jalur padat di pulau Jawa. Tentu semuanya bisa menggambarkan spekulasi potensi kecelakaan lalu lintas yang tinggi.