Mohon tunggu...
Hari Anggara
Hari Anggara Mohon Tunggu... -

mahasiswa Jurusan IPS, Prodi PKN, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia dalam Tanda Tanya???

7 April 2015   22:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

pendidikan

Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru...yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, ...atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Apa sih ?? maunya mentri kependidikan yang selalu mengubah-ubah kurikulum 2013 atau KTSP, bapak mau pake yang mana kurikulum 2013 atau KTSP sih??? Atau bapak mentri galau ???

Belum lagi berita tentang guru yang mencabuli siswinya apakah guru tidak malu akan hal itu ?? pantaskah itu utuk ditiru oleh para pelajar? Itu tidak perlu di pertanyakan, jelas itu tidak benar. Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno,

politik

Politisi tanpa jiwa besar membuat hukum hanya akan menjadi permainan dan alat legitimasi kepentingannya. Dalam negara hukum, semua orang harus tunduk dan patuh kepada hukum. Hukum tanpa kekuasaan takkan pernah berjalan efektif. Tapi kekuasaan tanpa hukum, yang terjadi adalah kesewenanga, jiwa dari hukum adalah keadilan. Merumuskan, menafsirkan dan melaksanakan norma hukum haruslah dengan jiwa besar. Hukum terkait dengan kekuasaan. "Setiap politikus haruslah berjiwa besar untuk taat dan patuh pada hukum. Apalagi dia menjalankan aktivitasnya di sebuah negara hukum," Jiwa besar politisi itu akan menjadi contoh bagi pengikutnya dan menjadi panutan bagi rakyatnya. Tanpa jiwa besar seorang politisi, hukum hanya akan dijadikan permainan dan alat legitimasi untuk membenarkan kelakuan yang salah dan keliru.

Hukum ditafsir-tafsirkan dan diputarbalikkan sesuka hati lalu disosialisasikan agar diterima sebagai alat legitimasi dan justifikasi. Jika ini terus terjadi, maka rusak binasalah masyarakat, bangsa dan negara. Yang ada di negara itu bukan hukum melainkan kekuasaan. Yang kuat menindas yang lemah, semaunya dan seenaknya.

Sesama partai politik kok musuhan? Sesama penegak hokum kok kelahi ? Jika memang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa,ya mari ! jika ingin menegakan hokum ayooo? Kami sebagai masyarakat biasa, siap membantu.

ekonomi

Pada awal pemerintahan Jokowi-JK, langsung menaikkan harga BBM dan tak lama setelah kenaikan tersebut kemudian di turunkan kembali,,,,, lalu di naikin lagi,,,,,,, kemudian di turnkan lagi entah apa maunya presiden kita,,,??? Tau ahh gelap,,, dan sekarang masalah tarif listrik yang katanya mau ikut-ikutan kayak BBM yang naik turun, tak menentu,,??? DuaPermasalah di atas, membuat harga jual barang rata-rata naik contoh kecilnya kotak jajan yang semula harganya Rp 300 naik menjadi Rp 400, kotak jajan saja naik apa lagi yang lain??????? Penarikan uang parkirpun naik sedangkan Rupiah kembali melemah Nilai tukar rupiah melemah dan kembali masuk ke level Rp13.000 per US$1. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menunjukkan, rupiah, Kamis (26/03) pagi ini berada pada level Rp13.003 per US$1.

Begitulah keadaan ekonomi Negara kita yang kadang naik dan kadang turun yang tak pernah pasti,

Apa kriteria dan harapan presiden kita di masa jabatan Jokowi-JK ? Tentunya semua jawaban akan sama, yaitu presiden yang tegas, berwibawa, jujur, memikirkan rakyatnya, mencintai rakyatnya, pintar, cerdas, hebat, lugas, disegani, dan lain-lain. Saya jamin jawaban Anda pun salah satunya akan demikian, rakyat Indonesia yang mendambakan pemimpinnya mempunyai karakter dan kriteria seperti tersebut diatas, akan tetapi kenyataan sangat jauh berbeda dengan apa yang kita harap-harapkan, yaitu Presiden adalah pemimpin negara. Pemimpin adalah seorang yang telah diberi kepercayaan oleh rakyatnya dengan sepenuh hati, sepenuh pemikiran untuk mengamban amanah yang sangat menentukan nasib rakyatnya kedepan. Dalam konteks berbangsa dan bernegara dalam bingkai demokrasi yang dikatakan filsuf klasik, aristoteles, bahwa rakyatlah yang berdaulat, rakyat harus sejahtera, aspirasi rakyat harus di dengar. Seperti juga yang dikatakan Abraham Lincoln  Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

namun kenyataan presiden kita sekarang hanya memberikan tanda tanya? tanpa kepastian yang nyata ? apa artinya???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun