Mohon tunggu...
harian andalas
harian andalas Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

harianandalas lugas dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerja Keras Sebatas Wacana

23 Mei 2013   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:08 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden SBY mengajak semua elemen strategis melakukan refleksi atas perjalanan Reformasi 15 tahun ini. Presiden SBY berpandangan bahwa sebaiknya kita membuat evaluasi kritis dan jujur atas apa yang telah kita hasilkan dengan reformasi.

"Presiden SBY yakin bahwa yang kita perlukan adalah kontinuitas, bukan jalan pintas. Yang kita perlukan kerja keras, bukan suara keras," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringga, Rabu (22/5).

Jangan terasing oleh hasilnya yang kita sendiri adalah fasilitator utamanya. Sementara kita mendorong perubahan, seharusnya kita juga mampu mengendalikan proses dan dampaknya, termasuk hasil sampingan dan residunya.

Presiden SBY mencermati, sebagian kalangan berpandangan bahwa sekarang ini semua seakan tak berujung, tampak kacau, tampak seperti benang ruwet. Bahkan seperti nasi yang telah menjadi bubur," katanya.

Ajakan Presiden SBY agar semua pihak mendahulukan kerja keras dibanding suara keras, memang ajakan lugas dan cerdas. Namun, yang patut dipertanyakan, kerja keras macam apa sajakah yang telah berhasil dilakukan pemerintah selama ini demi menyejahterakan rakyat ?

Pasalnya, yang kerap menjadi concern banyak kalangan terkait dengan kekurangan pemerintahan SBY selama dua periode, adalah karena dominannya berbagai kebijakan dan pernyataan, yang dipandang dilakukan dalam konteks pencitraan (image building).

Sejumlah kalangan justru menilai, berbagai pernyataan yang dilontarkan Presiden SBY, dalam beberapa haal kerap bertentangan antara das-sein dan das-solen. Para menteri yang berasal dari parpol misalnya pernah diminta agar berkonsentrasi dalam menjalankan tugas sebagai pembantu presiden.

Dan, jika tidak bisa melakoninya, diimbau supaya mundur saja. Tapi, apa lacur, Presiden SBY sendiri beberapa waktu lalu lebih banyak meluangkan waktunya untuk mengurusi partai, karena dia sendiri kemudian menerima tawaran menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrat.

Dalam konteks demikian, mungkin ada benarnya, bahwa pihak pemerintah selama ini, tidak merasa perlu melontarkan suara keras. Namun, dengan suara lembut dan santun pun, hasilnya belumlah sejalan dengan ekspektasi rakyat Indonesia. Karenanya, tidak terlalu berlebihan, jika kita nyatakan, imbauan untuk lebih mengutamakan kerja keras itu, tidak lebih sekadar wacana belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun