Di Purwakartapun tidak ada angkutan pemadu moda maupun sistem feeder untuk warga-warga yang tinggal lebih dari 10km dari perkotaan. Bagi warga yang tinggal di Desa Gandamekar, Plered misalnya. Untuk perjalanan pulang pergirumah-Pasar Jumaah atau Pasar Rebo Purwakarta (sejauh 15 Km), warga Plered Perlu menghabiskan ongkos Rp 34.000, menggunakan 3 jenis moda transportasi berbeda dengan waktu tempuh 1 jam 15 menit.
Tak ayal sebagian besar warga di wilayah sub urban memilih mencicil sepeda motor alih-alih menggunakan transportasi umum. Di sisi lain, Dedi Mulyadi melarang siswa menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi ke sekolah.
Voting bebas yang dilakukan teman saya di twitter berikut ini, menggambarkan hasil bahwa sebagian besar warganet merasa masalah transportasi di Purwakarta menjadi aspek yang perlu segera dibenahi.
Dari data yang dirilis pada "Purwakarta dalam Angka tahun 2016", per akhir 2015 masih ada sebanyak 15% jalan Kabupaten yang perlu dibenahi dengan kategori rusak hingga rusak berat dari total jalan Kabupaten sepanjang 728 Km. Jalan-jalan tersebut tersebar terutama di wilayah pedesaan seperti yang pernah saya kunjungi di wilayah Kecamatan Sukatani berikut ini yang sebagian besar masih berbatu dan hampir tidak dapat dilewati sepeda motor.
Untuk membenahi ini, Pemkab Purwakarta mengklaim telah menggelontorkan dana sebanyak Rp 1 Triliun pada pagu anggaran 2017.
3. Kemiskinan
Tak banyak berita yang melansir mengenai bagaimana sepak terjang Pemkab Purwakarta dalam menanggulangi kemiskinan secara terukur.Â
Dari data Badan Busat Statistik Kabupaten Purwakarta, indikator keberhasilan penanggulangan kemiskinan yang dilancarkan oleh Pemkab Purwakarta dapat diukur secara kuantitatif.
Bercermin dari data persentase penduduk miskin, nampaknya Kabupaten Purwakarta mengalami pasang surut dalam penanggulangan kemiskinan. Simak naik turunnya angka kemiskinan di Purwakarta selama 4 tahun terakhir dalam data BPS di bawah ini:
 4. Indeks Pembangunan Manusia & Indeks Kesehatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak.