Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjawab Opini Ahmad Dhani Soal Museum di Jakarta

6 Juli 2017   23:04 Diperbarui: 7 Juli 2017   18:13 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal pekan lalu Ahmad Dhani dipilih sebagai salah satu tim kerja Wakil Gubernur terpilih Sandiaga Uno untuk bidang pariwisata, seni dan budaya. Banyak warganet yang mendukung serius, namun yang mencibir sinispun tak kalah banyak. Ihwal keikutsertaan Ahmad Dhani yang dibumbui dengan pernyataannya mengenai museum di Jakarta ini kontan menuai kontroversi.

Dalam salah satu kesempatan, Ahmad Dhani mengatakan bahwa Jakarta saat ini tidak beradab karena Pemprov hanya fokus pada pembangunan fasilitas fisik, tetapi mengabaikan pembangunan museum.

"Ya semua tahulah bahwa Jakarta ini kota kurang beradab, harus ada peradaban, butuh peradaban. Selama ini Ahok cuma bisa membangun jembatan, jalan, sama gedung," kata Dhani dalam wawancara dengan Kumparan (03/07).

Dari pernyataan ini, tampaknya Mas Dhani harus sering membaca mengenai apa itu peradaban. Peradaban dalam arti kata luas tentunya. Apakah Jakarta butuh peradaban? Kalau sudah banyak membaca mengenai apa itu peradaban, suatu saat akan paham bahwa Jakarta adalah peradaban itu sendiri. 

Kontroversi keterlibatan Ahmad Dhani ini melebar di kalangan penggiat budaya dan penikmat museum hingga Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI pun angkat bicara. Kepada Kumparan Tim Ahli Cagar Budaya membantah anggapan Ahmad Dhani bahwa Jakarta tidak fokus dalam pembangunan museum.

 "Museum di Jakarta sudah mulai berkembang. Jangan hanya melihat fisiknya, tapi manajemennya juga. Jumlah pengunjung bertambah dari tahun ke tahun. Minat ke museum itu sudah tumbuh dari masyarakat, sudah ada komunitasnya sendiri," ujar Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Chandrian Attahiyat.

Pernyataan lain yang menuai keraguan kawan-kawan saya penggiat museum adalah mengenai klaim Ahmad Dhani yang menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang paham museum.

Pada kesempatan lain, Ahmad Dhani menyebutkan bahwa museum-museum di Jakarta tidak terurus dan tanpa AC. Dia mencontohkan tentang bagaimana ketidakpuasannya saat mengunjungi museum Fatahillah. 

"Saya pernah melihat Museum Fatahillah, enggak puas saya itu melihat Museum Fatahillah. Tidak seperti museum-museum di London dan Amsterdam, kayak misal London kan ada museum perang ada kapal perang," ungkap Ahmad Dhani Kepada Liputan 6 

Pertanyaan terbesar saya-dan rekan-rekan adalah seberapa banyak museum yang pernah beliau kunjungi, saya khawatir beliau baru mengunjungi msueum Fatahillah dan menyimpulkan bahwa semua museum di Jakarta seperti itu, karena beberapa museum seperti Museum Nasional, Museum BI, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Sumpah Pemuda dan Museum Joang 45 sepengetahuan saya sudah tertata begitu apik dan modern.

Interior Modern Museum Nasional (Sumber:weningts.wordpress)
Interior Modern Museum Nasional (Sumber:weningts.wordpress)
Beberapa bagian memang tak bisa di-modernisasi mengingat harus mempertahankan kesan aslinya. Museum Sasmita Loka, Museum Ade Irma Nasution dan Museum Joang 45 misalnya, konsep tata bangunan, arsitektur baik interior maupun eksteriornya tentu tidak bisa diubah demi mempertahankan keaslian bangunannya.

Untuk menambah aksen futuristik tanpa menghilangkan kesan historisnya, beberapa komponen interior modern, aksen minimalis dan perangkat gawi serta audio visual yang mumpuni sudah ditambahkan dengan apik seperti di museum Kebangkitan Nasional, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Nasional, Museum BI serta Museum/Gedung Antara di Pasar Baru.

Salah satu koleksi modern Museum Kebangkitan Nasional (Dok. Pribadi)
Salah satu koleksi modern Museum Kebangkitan Nasional (Dok. Pribadi)
Saya pun agak kurang setuju dengan pernyataan Mas Dhani mengenai sarannya untuk membangun banyak museum di Jakarta. Saat diwawancara Kumparan, Dhani menyatakan, "Ya banyak. Membangun banyak museum. Menjadikan kota Jakarta menjadi kota seni. Misalnya pembangunan ruko atau gedung apartemen harus ada desain yang baik. Itu yang diperlukan oleh Jakarta, tidak asal bangun. Selama ini Kota Jakarta, kota tanpa peradaban."

Perlu diketahui bahwa jumlah total museum di Jakarta saat ini lebih dari 60 museum dengan spektrum ragam tema yang begitu luas. Mulai dari museum-museum bertema benda seperti Museum Wayang hingga museum bertema sosok seperti Museum Sasmita Loka tersebar di seluruh wilayah DKI.

Patut diamini bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki terutama pada segi verifikasi penyajian fakta, pengelolaan dan tentunya promosi. Namun untuk membangun yang baru? Rasanya justru kita perlu fokus pada museum-museum lama yang sudah kita miliki.

Ahmad Dhani pun mengambil contoh Kota Malang yang memiliki banyak museum tematik populer yang sudah modern. Tentu tak bisa disamakan dengan kepopuleran museum di Kota Malang. Museum-museum di Malang sebagian besar tak berakar historis wilayah sekitar, melainkan berakar dari budaya populer yang memang tengah digandrungi warganet sebagai tempat berfoto, berbeda konsep dengan potensi museum Jakarta yang sebagian besar bertemakan historis dan berlatar belakang lokasi.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ragam corak manajemen dan promosinya, seiring atau tidak dengan potensi museum tersebut. 

Jika dibandingkan dengan museum bertema historis kedaerahan lain seperti Museum Sang Nila Utama di Pekanbaru, Museum Negeri/Pusat Kalimantan Barat, Museum Monpera & Sultan Mahmud Baddarudin di Sumsel, museum-museum di Jakarta jauh lebih maju dan tertata.

Beberapa museum seperti museum Bahari dan Museum Fatahillah memang butuh perhatian khusus, namun seperti yang diungkapkan Pemrpov DKI, Pemprov tak tinggal diam. Beberapa bulan lalu, saat saya mengunjungi Museum Bahari, Manajemen Museum tersebut memang tengah fokus berbenah.

Saran saya untuk Mas Dhani, coba baca beberapa ulasan mengenai museum dan banyak-banyaklah mengunjungi museum karena sudah semakin banyak museum yang biaya masuknya gratis, minimal di Jakarta. Satu lagi, jangan hanya mengunjungi, budayakan dan biasakan membaca dan paham mengenai kisah dan fakta apa yang coba diceritakan dan diungkap di setiap museum.

Akhir kata, selamat bekerja, Mas Dhani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun