Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kala Kopi Menghubungkan Aceh dan Ibu Kota

7 Agustus 2016   21:40 Diperbarui: 8 Agustus 2016   09:00 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aceh telah lama dikenal dengan kualitas kopinya yang tidak main-main. Bagi masyarakat Aceh, kopi bak bulir-bulir emas yang tidak hanya menjadi sumber penghasilan, namun juga sebagai simbol kebanggaan yang terus dikenang kejayaannya secara turun temurun.

Hampir tak ada pecinta kopi di belahan nusantara manapun yang tak mengenal Gayo, kopi arabika nan langka yang dikembangkan di perkebunan arabika terbesar di Asia ini digadang-gadang memiliki cita rasa arabika yang boleh diadu dengan kopi sekelasnya di seluruh belahan Asia.

Maka tak berlebihan jika The Atjeh connection mengambil tajuk kemegahan cita rasa kopi Aceh Gayo ini dan mengembangkannya menjadi sebuah kedai kopi yang santai, klasik sarat akan warna dan corak nusantara-terutama Aceh- namun dikemas dalam konsep yang modern. Kedai ini cukup memikat warga ibu kota yang belakangan lebih tertarik dengan racikan-racikan kopi buatan Amerika.

Terletak di bilangan Agus Salim, kedai kopi The Atjeh Connection tak sulit untuk ditemukan. Kemasan eksteriornya yang unik didominasi warna hitam-putih-coklat membuat pengunjung dapat dengan mudah menemukan kedai ini.

Saat memasuki ruangan kedai, pengunjung disambut dengan pajangan belasan foto dan perkakas unik dan klasik yang menggambarkan kekayaan Aceh. Tata lampu, dekorasi, alunan musik dan interiornya disulap dengan apik, membawa kita ke akhir abad 18 saat kopi Aceh menjadi primadona di tengah intensifnya pembukaan perkebunan di era kolonial.

Seorang pengunjung tengah membaca buku yang disediakan (Dok. Pribadi)
Seorang pengunjung tengah membaca buku yang disediakan (Dok. Pribadi)
Meski tak banyak tempat duduk yang disediakan, namun pengaturan kursi dan mejanya membuat siapa saja betah. Jarak seolah tak ada saat pengunjung bercengkrama dengan kawan atau keluarga di kedai ini. The Atjeh Connection piawai menghidupkan atmosfer hingga pengunjung betah berlama-lama di kedainya.

Soal cita rasa kopi tak usah dipertanyakan lagi, cobalah memesan kopi hitam khas Aceh atau kopi sanger. Saat anda memesan kopi hitam khas Aceh, yang akan tersaji adalah secangkir kecil kopi yang aromanya begitu menggugah, rasanya mantap namun tak terlalu asam, saat ditambahkan dengan beberapa jumput brown sugar, rasa pahitnya tak hilang namun menyatu dengan manisnya gula, membentuk cita rasa yang begitu membekas.

Bagi saya yang lebih menikmati iced coffee, menambahkan beberapa bongkah es batu ke dalam kopi hitam ini adalah ritual yang wajib dilakukan  untuk memperkaya kesegaran kopi hitam khas Aceh.

Lain kopi Aceh, lain pula kopi sanger. Bagi anda yang lebih menggandrungi kopi yang lebih ringan, dan manis, kopi sanger dapat menjadi pilihan. Bagi saya yang awam ihwal per-kopi-an, sanger adalah nama yang begitu asing. Setelah bertanya, akhirnya seroang peracik memberitahu saya mengenai kisah kopi sanger.

Kopi sanger pada dasarnya adalah kopi susu seperti biasa, namun dengan komposisi kopi yang lebih dominan dan susu yang tak terlalu kental. Nama sanger berawal dari keinginan sejumlah mahasiswa di Aceh sana yang ingin menikmati minuman bercita rasa tinggi namun berkantong tipis. 

Lalu munculah ungkapan “sama-sama ngerti” yang disingkat menjadi “sanger” yang kemudian dijadikan istilah oleh para mahasiswa untuk bisa menikmati kopi plus susu, dengan takaran susu yang lebih sedikit atas nama prinsip ekonomi tentunya.

Selain kopi, The Atjeh Connection juga menyuguhkan beragam kudapan khas Aceh. Kue bhoi, kue ade, pie Atjeh dan kue karah adalah tiga jenis kudapan yang pernah saya rasakan. Kue bangkang (Atjeh pie) merupakan salah satu yang juara.

Atas ke bawah: Kue karah, pie Atjeh. Kanan Bawah: Kopi hitam khas Atjeh (Dok. Pribadi)
Atas ke bawah: Kue karah, pie Atjeh. Kanan Bawah: Kopi hitam khas Atjeh (Dok. Pribadi)
Kue yang langsung diterbangkan dari Aceh ini  berbahan dasar tepung beras dan santan. Ya, anda tak salah dengar, kue ini memang diterbangkan langsung dari Aceh, demi menjaga keaslian cita rasanya. 

Rasanya begitu unik, manis sedang dan mantap, didukung dengan tekstur lembut, menjadikan kue ini begitu mudah lumat di mulut. Karena dibuat dan diracik di Aceh kemudian didinginkan dan dikirim dari Aceh langsung, rasanya dijamin sama persis dengan yang bisa kita nikmati di Aceh sana.

Kedai kopi yang telah sebelumnya memiliki gerai di apartemen Slipi ini pun menyediakan fasilitas WiFi dengan kecepatan yang cukup baik dan tentunya pelayanan yang super ramah. 

Jika Anda sudah mulai bosan dengan racikan kopi-kopi franchise ala Amerika, menginginkan suasana yang lebih tenang namun ingin menikmati racikan kopi dengan metode peracikan yang tak kalah modern, The Atjeh Connection bisa menjadi salah satu alternatif.  

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun