Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ubud: Kala Alam, Budaya, dan Religi Menyatu dalam Harmoni

8 November 2015   00:01 Diperbarui: 9 November 2015   22:30 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang, bumi Pasundan diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Jika demikian, maka Tanah Ubud diciptakan Tuhan saat Ia tengah menunjukan kemahaindahan dan kemahakreatifan-Nya. Terhampar berbukit pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, Ubud menyuguhkan selaksa objek wisata yang takkan kuasa ditolak oleh siapapun yang mendambakan ketenangan, menggemari seni atau sekadar menggandrungi wisata religi.

Lajur-lajur sawah yang menghijau sepanjang tahun, lembah-lembah kaya akan mata air, orang-orang yang begitu hangat serta budaya dan aura religi yang begitu kental itulah yang nyatanya telah menyedot begitu banyak wisatawan untuk menghabiskan waktu liburan di Ubud.

Sayangnya, kemahsyuran Ubud ini belum diketahui oleh banyak wiasatawan Domestik. Beberapa Kawan saya sedikit mengernyitkan dahi saat Saya menyebutkan nama ‘Ubud’. Banyak yang tak begitu mengenal Ubud, tak seperti saat disebut nama ‘Kuta’, ‘Legian’ maupun ‘Uluwatu’ yang telah meraup popularitas jauh lebih dulu.

Ihwal itu lah yang menginspirasi Kompasiana bersama Kementrian Pariwisata Indonesia untuk menggelar acara #BlogTrip ke Wilayah Ubud, Gianyar, Bali. Acara ini diikuti oleh 10 Kompasianer terpilih yang sebelumnya telah menulis pengalamannya mengunjungi pesona budaya di seluruh penjuru Indonesia. Dengan harapan, Ubud dapat menggeliat menjadi salah satu pesona wisata di Kab. Gianyar yang menjanjikan, membuat wilayah berbukit ini terutama dikenal oleh wisatawan domestik maupun Asing.

Satu- persatu keunikan ini dikunjungi dalam waktu dua hari, banyak keunikan-keunikan tak terduga yang dapat pengunjung temui di Wilayah Ubud. Keunikan yang kelak akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Ubud untuk dikenal lebih oleh wiasatwan.

Ubud, surga inspirasi pecinta seni

Seniman pada umumnya menggandrungi tempat yang membawa ketenangan, maka tak heran jika sejak puluhan tahun lalu, banyak seniman yang jatuh cinta, terinspirasi bahkan memutuskan tinggal di Ubud sebagai wujud pengabdiannya pada kesenian.

Adalah Don Antonio Blanco, seorang seniman berdarah Spanyol, yang baru berhasil merampungkan pendidikan seni di Amerika Serikat mulai mengepakkan karya dan mengembangkan naluri seni nya di Ubud. Raja Ubud saat itu, Tjokorda Gde Agung Sukawati menerima seniman asing ini dengan tangan terbuka. Hal ini sebenarnya sedikit janggal di kalangan Puri, karena pada umunya Puri adalah tempat suci yang terbatas dari orang luar, terlebih orang asing.

Atas kebaikan Raja Ubud inilah, Don Antonio Blanco berhasil menemukan begitu banyak inspirasi dari kehidupan tradisonal masyarakat Bali di awal tahun 1950-an. Pada Tahun 1952 Antonio Blanco mulai menetap di daerah Campuan, Ubud. Kemudian menikah dengan seorang gadis Bali penari tradisional, bernama Ni Roji. Sejak saat itulah, Antonio Blanco mulai menekuni aliran melukisnya: Ekspresionis romantis!

Pintu unik masuk menyambut kami di depan Museum Antonio Blanco (Dok. Pribadi)

Masterpiece Antonio Blanco ini dapat pengunjung temui dengan mudah di Museum Antonio Blanco, berlokasi di desa Campuan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Museum yang mulai dibangun tahun 1998 ini menyuguhkan pameran ekslusif yang memajang sekitar 150 lukisan yang sebagian besar menggambarkan kecantikan wanita beserta seluk-beluk budaya tradisional Bali. Uniknya, lukisan-lukisan ini dibalut pula dalam bingkai yang didisain sendiri oleh Antonio Blanco.

Saat memasuki museum, pengunjung akan disambut oleh gapura besar berlambang tanda tangan Antonio Blanco. Kemudian disambut oleh lukisan besar wajah Antonio Blanco Sendiri. Di dalam geleri, pengunjung tidak diizinkan untuk mengambil foto maupun mengutip tulisan. Menurut guide yang mengantar kami, hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang menjiplak karya-karya beliau.

Pengunjung berkesempatan berpose di galeri Antonio Blanco (Dok. Pribadi)

Di bagian lain museum, pengunjung dapat melihat foto-foto yang menceritakan kisah dan perjalanan hidup Antonio Blanco mulai saat meniti karir, menikah hingga akhir hayatnya. Terdapat pula bagian yang menceritakan dan menggambarkan suasana galeri Antonio Blanco kala beliau menyelesaikan lukisan-lukisan spektalulernya.

Kini, museum dikelola oleh putra beliau, Mario Blanco yang ternyata mewarisi darah seni dari ayahnya. Di bagian akhir museum, pengunjung dapat pula melihat karya-karya Mario Blanco yang sebagian besar beraliran naturalis.

Mulai dibangun pada 1998, museum yang dibangun di atas lahan seluas 2 Ha ini kini menjadi salah satu destinasi utama di Kecamatan Ubud. Menggabungkan wisata alam, budaya dan seni, tempat ini memanjakan mereka yang amat menghargai dan mengapresiasi seni serta ingin menyelami seluk beluk budaya perempuan Bali di awal era 1950-an, yang tentunya tertuang dalam karya-karya Indah Antonio Blanco.

Pura Goa Gajah, saat dua sekte besar bersenyawa

Jika Museum Antonio Blanco adalah surga bagi mereka yang mencintai seni, maka Pura Goa Gajah adalah tempat yang tepat untuk pecinta wisata religi. Pura yang dibangun pada tahun 900 M dan sempat hancur karena gempa ini adalah salah satu pura yang menganut dan meleburkan dua sekte besar di Bali kala itu. Shiwa dan Budha. Raja Udayana melihat begitu banyak Sekte yang berkembang di Bali. Untuk menghindari perpecahan, Raja membangun sebuah pura yang meleburkan dua sekte tersebut.

Pura yang berlokasi di Desa Bedulu, Ginayar ini awalya bernama lembah gajah, namun karena terdapat doa yang digunakan untuk bersemedi, penduduk sekitar menemukan pura ini sebagai Pura Goa Gajah. Di dalam Goa, ruangan di bagi ke dalam dua bagian. Menggambarkan prinsip dindedha yang dianut oleh masyarakat Hindu Bali, melambangkan bahwa kehidupan selalu mengandung dua unsur yang berlawanan. Kebaikan dan keburukan. Hal itulah yang mendasari pula terdapatnya sebuah lingga Yoni di sudut lain goa, melambangkan simbol laki-laki dan perempuan.

Di Pura ini pengunjung dapat menemukan pula sebuah kolam lengkap dengan tujuh pancuran mata air. 7 pancuran mata air ini, menurut guide kami, Bli Wayan, menggambrakan 7 mata air suci yang mengalir di tanah India, gangga adalah salah satu yang terbesar. Air yang keluar dari pancuran konon tak pernah habis, dan rasa airnya begitu lezat serta ampuh menolak bala, memurnikan jiwa dan tentunya melenyapkan dahaga!

Bli Wayan tengah memberi pemaparan pada peserta Blog Trip (Dok. Pribadi)

Di atas pancuran, terdapat sebuah pohon kapuk tua yang sudah berusia kurang lebih 500 tahun. Pohon kapuk tua ini menaungi bangsal-bangsal semedi yang didisain unik dan detail dengan ukiran khas Bali. Uniknya, ukiran ini dilapisi oleh cat berbahan dasar emas 24 karat sehingga nampak begitu megah dan memesona. Untuk melindungi bangsal-bangsal ibadah berlapis emas ini pernah dilakukan pemotongan dahan pohon hingga menelan dana Rp35Juta. Penduduk Hindu Bali begitu mencintai tempat ibadah mereka.

Menurut keterangan Bli Wayan, hindu mengajarkan kebaikan, baik pada Tuhan, sesama manusia, hewan bahkan tumbuhan. Penganut Hindu meyakini semua perbuatan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Karma berlaku bagi merea yang berbuat tak terpuji saat hidup di dunia. Penganut yang taat pada agamanya akan sangat memahami keharmoisan ini dan diaplikasikan dalam kehidupan.

Salah satu sudut pure yang menenangkan (Dok. Pribadi)

Tak hanya sejarah yang dapat diungkap di Goa Gajah, keunikan tata hidup masyarakat Hindu Bali, yang memiliki ciri khas dari Hindu lain di luar Bali pun menjadi daya tarik tersendiri yang wajib kita ketahui. Tempat yang tenang dan kaya akan cerita serta keramahan pemandunya akan membuat pengunjung betah berlama-lama di Pura. Untuk mengunjungi Pura, pastikan perempuan tidak sedang berhalangan dan bagi mereka yang mengenakan pakaian pendek, akan disediakan sarung oleh pengelola.

****

Selain mengunjungi dua tempat unik di atas, peserta Blog Trip pun mengunjungi tempat-tempat unik lain di Ubud seperti galeri Ubdy, Jalan Hanoman, Mengunjungi Sanggar dan menonton pertunjukan tari yang spektakuler dan tentunya diberikan kesempatan untuk menikmati kenyamanan dan keunikan makan malam di Moonlite roof top Anantara di Seminyak. Selama kegiatan, peserta menginap di Cortyard Seminyak by Marriot yang dibalut dengan keramahan, kenyamanan dan pemandangan tropis yang memukau. (Semua destinasi akan saya ceritakan dalam kesempatan lain).

Cerita yang saya ungkapkan di atas hanya sekelumit dari selaksa kebudayaan Ubud yang menunggu kita, anda dan jutaan pengunjung domestik lain untuk turut menjelajahi. Dari wisata Budaya yang kaya, wisata religi yang harmoni, makanan unik hingga spa yang begitu menenangkan dapat dengan mudah pengunjung temui di Ubud, terlebih kini, akses dari Kuta atau Denpasar menuju Ubud sudah jauh lebih efisien dan mudah.

Ubud sudah saatnya menjadi salah satu wisata Budaya yang mulai menggeliat bangkit dan menunjukan aura budaya, alam dan religinya sebagai salah satu keindahan Pesona Indonesia yang wajib kita kunjungi, resapi dan rayakan keindahannya. Jangan sampai, orang asing mengetahui wilayah unik Indonesia lebih baik dari pada kita, tuan rumahnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun