Â
Di sisi selatan museum, terdapat hutan lindung medan pertempuran Bojongkokosan. Disini lah saya merasa merinding berkali-kali, bukan karena wilayah ini angker ataupun hal-hal mistis lain, tetapi saya bisa membayangkan dan merasakan suasana saat pertempuran itu terjadi. Di bukit-bukit ini, para pejuang dengan berani mengorbankan tenaga bahkan nyawanya untuk menghabisi tentara sekutu dan turut ambil bagian dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Sungguh momen yang menggugah.
****
Cerita Bojongkokosan tak banyak diungkit pihak sekutu, Inggris maupun Belanda karena dianggap sebagai sebuah pelecehan dan kekalahan yang tak terduga yang dialami oleh pihak sekutu. Dengan persenjataan lengkap dan konvoi yang siaga, pasukan itu nyatanya bisa dipecundangi oleh pejuang Sukabumi yang hanya berbekal persenjataan dan personel tak sebanding.
Pihak sekutu pun tak mengeluarkan statement rinci mengenai berapa banyak jumlah korban yang jatuuh dalam pertempuran ini. Salah satu sumber menyatakan korban yang jatuh dari pihak sekutu sekitar 100 orang.
Namun menurut salah satu saksi dalam pertempuran tersebut, banyak sekali tentara-tentara sekutu yang tergelepar di jalan, tewas terkena panah, bambu runcing, senapan dan terbakar bom molotov. Jasad-jasad pun ditemukan di dalam puing-puing truk yang terbakar, sehingga kemungkinan besar korban dari pihak sekutu lebih besar dari 100 orang.
Peristiwa Bojongkokosan adalah peristiwa besar yang luput dari ingatan. Peristwa ini perlu dimasukan dalam kronologis perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Sudah saatnya peristiwa ini dituturkan dan disertakan dalam sejarah sebagai peristwa yang menggugah dan menginspirasi, sebagai penghargaan atas 73 nyawa yang rela meregang di Bojongkokosan demi keutuhan kemerdekaan bangsanya.
Mendapatkan kemerdekaan adalah suatu hal yang sulit dan penuh rintang. Namun mempertahankan kemerdekaan adalah hal sulit lain yang ternyata harus dilakukan dengan berdarah-darah dan mengharu biru.