Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Guru yang Harus Menulis?

15 November 2014   04:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:47 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tak ada profesi yang lebih menjanjikan keberlangsungan masa depan peradaban selain Guru. Jika insinyur dan arsitek karyanya akan hilang ditelan waktu, maka guru lah yang akan membuatnya abadi. Guru lah yang kelak akan mencetak insinyur-insiyur baru, arsitek baru, pengusaha dan dokter baru. Hingga generasi baru itu dapat membangun peradaban baru yang lebih gilang gemilang. Seperti itulah siklusnya akan terus berulang dengan guru sebagai pusaran pendaurnya.

Menjadi guru adalah tentang pekerjaan yang menciptakan hari esok, mencetak harapan dan mengawetkan eksistensi intelektual dan kreatifitas sekelompok manusia yang disebut bangsa. Karya seorang guru adalah anak didik yag kelak akan jauh lebih hebat dari gurunya sendiri. Tak heran jika saat perang Dunia II berakhir dan Jepang mengalami kekalahan telak, guru menjadi profesi prioritas yang mendapat perhatian serius kala itu.

Profesi sehebat itu tak boleh begitu saja terlupakan, begitu saja hilang sejarah dan tapak tilasnya. Eksistensi guru beserta segala jerih upayanya tak boleh begitu saja aus ditelan waktu. Upaya-upaya pahlawan tanpa tanda jasa itu dalam mencetak masa depan harus ditulis pada sebuah prasasti yang tak lekang oleh masa. Harus banyak orang yang tahu tentang bagiamanan suka duka seorang guru dalam mencetak sebuah tunas peradaban, dalam mencongkel simpul demi simpul akal dan nalar anak-anak muda hingga bisa menciptakan inovasi yang maha dahsyat.

Menulis adalah salah satu upaya sederhana untuk mengabadikan kisah mengenai pengabdian seorang guru dan menceritakannya kembali pada anak-anak didiknya. Tak berlebihan jika Pramodeya Ananta Toer pernah berujar “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Tak berlebihan pula jika Tanoto Foundationsangat peduli terhadap pentingnya seorang guru menciptakan sebuah tulisan.

Tak perlu diawali dengan sesuatu yang besar, meski hanya menulis secarik catatan harian sederhana, sorang guru dapat mewariskan sesuatu yang berarti. Meski bukan tulisan ilmiah, seorang guru dapat menulis pendapat dan gagasannya agar siswa-siswanya di masa yang akan datang memiliki pegangan dan arahan, memiliki sumber pengalaman yang sangat berarti dalam menjalankan peradaban kelak. Menulis, bagi seorang guru adalah wahana agar ide yang selama ini terlintas tentang segala inovasi dalam dunia pendidikan tak hanya terkungkung dalam 'tempurung' dan hanya habis dimakan usia. Dengan menulis, pertukaran ide antara siswa-guru tak lagi terbatas ruang dan waktu. Seorang siswa dapat bercermin dan mendapatkan pemahaman dari tulisan guru yang sudah tentu memiliki pengalaman dan sudut pandang yang lebih matang dan beragam.

Dalam ranah keilmuan, tulisan seorang guru dapat membuka cakrawala baru. Jika selama ini anak-anak mendapatkan informasi dari internet dan media semata, kelak jika mereka membaca tulisan gurunyaanak-anak didik ini  akan mengerti alur konsep baru dalam metode baru, akan menemukan bahasa baru dalam setiap karya sastra baru dan akan menciptakan formula baru dalam setiap ilmu angka baru. Demikian terjadi, karena guru lah yang tahu seluk beluk dunia pendidikan, tahu tentang trik dan metode mengembangkan peserta didik dalam ragam sudut pandang yang berbeda-beda. Tulisan ilmiah seoreng guru akan sangat berharga karena karya  itu keluar dari seorang yang mafhum dan sehari-hari bergulat dalam bidang pendidikan.

Banyak tulisan mengulas profesi guru yang begitu menginspirasi  siswa maupun masyarakat luas, tentang jerih payah, ketekunan dan suka duka mereka, namun tulisan itu akan dapat menggugah lebih banyak orang jika ditulis oleh pelakunya sendiri, akan lebih banyak menyentuh dan menginspirasi jika pelaku utama yang mengutarakan dalam tulisan. Tulisan seroang guru akan membangun kembali rasa hormat dan kagum anak didik terhadap gurunya.

Dengan menulis, guru mampu membahasakan ribuan perasaan, ide, ilmu bahkan pemikiran untuk merangkum perjuangannya dan mewariskan ke generasi yang lebih muda. Suatu saat nanti, saat pensiun kelak, tulisan itu akan menjadi kado kecil yang turut merangkai masa depan yang lebih terang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun