Namanya Larasestu, atau akrab dipanggil Laras saja. Dulu saat masih aktif membangun komunitas GantiJakarta, ia beberapa kali terlibat dan membantu menulis konten. Setelah beberapa tahun menghilang, setelah bencana batuknya Gunung Kelud, ia menghilang. Terakhir kali dia update besarnya guncangan gempa dan abu vulkanik di mana-mana. Setelah itu ia menghilang... akunnya tidak pernah update lagi, blognya pun menghilang.Â
Saya pikir dia tak selamat.Â
Sampai beberapa waktu lalu, sebuah akun misterius bernama @ecocriticismeve beberapa kali memention saya. Beda dengan dulu, rambutnya yang panjang terurai kini dipotong sebahu. Kacamatanya juga sudah hilang, berganti contact lens. Saya nyaris tak mengenali Laras dengan nama samaran barunya. Namun kecantikannya belum luntur. Ya iyalah.. umurnya masih duapuluhan. Hahaha
Dari raut mukanya, dan kalimat-kalimatnya, saya langsung bisa menebak itu Laras. "Yuk, udah lama ga ketemu. Kangen. Hahaha," Goda saya. Ternyata Laras menyetujui ajakan kopdar dari saya. "Lama banget kita nggak ketemu, ayo keep up hahaha, besok ngobrol yang banyak ya pas ketemu."Â
Akhirnya kami sepakat bertemu di event Big Questions Forumnya Mas Budiman Sudjatmiko di Gedung Cyber 1 tanggal 3 Agustus 2019. Selesai menikmati Casmadi usai acara, saya pun mengajaknya jalan-jalan ke pasar ikan baru di daerah Muara Baru, sekitaran Waduk Pluit. "Yuk, cobain ikan di sana!" Saya tidak terlalu surprise kalau Laras tidak ragu datang ke pasar becek dan bau ikan amis. Dari dulu ia perempuan petualang.Â
Saya meminta sekilo saja karena memang kami hanya akan makan berdua. Cukup Rp 30 ribuan, dua ekor belut besar sudah di tangan. Selanjutnya Laras mengatakan ia kangen dengan cumi.
Maka kami pun segera menawar cumi. Ternyata sedang murah-murahnya, sehingga dengan Rp 40 ribuan saja, kami sudah dapat lagi sekilo cumi. Lumayan, pikir saya, karena cumi yang enak kalau sedang langka bisa mahal sekali. Iseng, Laras bertanya, "di sini ada Gurita ga ya?" Saya tertawa. gurita memang jarang tertangkap.
Dan kalau memasaknya salah, baunya tidak enak dan getas seperti karet. Untuk urusan rasa setelah dimasak, cumi masih pilihan terbaik.
Saya dan Laras ngobrol ngalor ngidul sampai agak larut. Mulai dari soal hubungan dengan pasangan, selera makan, hingga ide kami untuk bikin trip murah meriah suatu saat nanti. Mukanya berbinar-binar saat saya ceritakan bahwa ada cara berkeliling dunia yang mudah, yaitu dengan menumpang kapal cargo. Ia menyatakan akan mencobanya suatu saat nanti.Â
Dan akhirnya kantuk pun tidak tertahankan. Bagaimanapun, sebagai lelaki bertanggung jawab, saya harus mengantar Laras pulang ke Jakarta Barat yang lumayan jauh. Pukul 10:30 malam, ia kemudian sampai di dekat rumah dan melanjutkan naik ojek, sementara saya mencari-cari airy yang cukup murah di sekitar sana.
Malam berlalu, dan impian perjalanan kami sepertinya tak lama lagi akan terwujud. Kenangan lama, sudah tersua kembali.Â
Saya tersenyum lebar menatap langit malam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H