Mohon tunggu...
hariadhi
hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Editor, designer, entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Penjemuran Batik di Pekalongan

7 Agustus 2019   03:02 Diperbarui: 7 Agustus 2019   04:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Bu Lis mempersilakan kami memilih motif batik manapun yang kami inginkan. Saya memilih batik printing karena harganya sangat murah dan pasti disenangi anak-anak muda, untuk dijadikan bahan kuis. Benar saja, begitu saya upload fotonya dan bertanya apakah ada yang mengikuti kuis berhadiah batik-batik tersebut, semua menjawab "Mau!!"

dokpri
dokpri
Selesai berkunjung ke pusat pengrajin batik, kami memutuskan makan siang karena sudah lapar. Iseng saya bertanya "Pak di sini makanan apa yang aneh dan jarang ditemukan di Jakarta ya?" Pak Supir menjawab sambil tertawa "Ya Sate KTL pak! Hahaha!" Ia kemudian memberi saran untuk mencarinya di sekitaran Wiradesa, karena memang terkenal. Tapi sayang setelah berkeliling kami menjumpai warungnya tutup. "Sate KTL memang sangat laris. Cuma buka siang dan langsung habis diserbu," jelas si Bapak. "Utamanya untuk meningkatkan daya tahan di ranjang," katanya tertawa-tawa.

Walau gagal menemukan sate KTL, singkatan dari alat kelamin sapi jantan, kami berjalan ke pusat kota dan mencari soto tauto. "Soto biasa, tapi diberi bumbu tauco," kata Pak Supir. Namun dia menjamin yang di Warung Pak Haji Rochmani ini yang paling enak se Pekalongan. Tentu kami tertarik untuk mencoba.

dokpri
dokpri
Saat saya mencoba, ternyata benar-benar dahsyat. Entah karena memang lapar setelah berjam-jam mencari Soto KTL, atau memang dari sananya enak.

Tapi yang jelas saya sampai nambah. "Enak banget Tom, worth it lah nyari sampe sejauh ini!" kata saya. Tommy setuju dan kami pun mencoba bertanya harga seporsinya. "Harganya Cuma Rp 20 ribu semangkuk," kata penjualnya. Malu-malu saat diwawancara, ia mengaku di sini sudah lama dan meneruskan usaha keluarga.

Kenyang makan soto, kami leyeh-leyeh di alun-alun Kota Pekalongan. Menjelang sore, perut sudah lapar lagi.

Maka saya tertarik mencoba Sego Megono yang sebenarnya juga tersedia di seluruh sudut kota Pekalongan, seperti halnya Sego Lengko di Cirebon. Bedanya Sego Megono adalah nasi yang diberi semacam sayur urap dari potongan nangka muda mentah.

Nangka ini kemudian dicampurkan dengan parutan kelapa. Ya jadinya mirip urap. Lalu lauknya boleh dipilih, bebek, ayam, atau ikan lele. Saya pilih lele supaya tetap sehat.

dokpri
dokpri
Menjelang malam, kami harus melanjutkan perjalanan ke Semarang. Soalnya Mas Tedy Tricahyono dan Budiman Sudjatmiko juga berpacu ke Semarang naik mobil lewat Tol Jawa. Berdasarkan perkiraan mereka, 5 jam cukup untuk sampai dari Jakarta-Semarang.

Luar biasa....

dokpri
dokpri
Saya memilih perjalan dengan kereta lagi karena tiba-tiba mendapatkan deadline mengedit video, sesuatu yang tidak mungkin bisa saya lakukan di bus atau pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun