Tidak ada yang salah dengan Ahok. Tidak juga mesti benci Ahok untuk seorang politisi muda bisa berkembang. Tapi pertanyaan itu menggelitik saya. Masih pada ingat kan? Sosok ganteng yang setia mendampingi Ahok saat sidang, yang dijejeriti para mahmud dan abg sak Enondesa?
Dialah Rian Ernest Tanudjaja. Setengah bule blasteran Jerman, Sumatera, Kepulauan Riau, dan entah apalagi etnis yang bisa ia sebutkan. Ndak ingat saya.
Yang penting dia Indonesia, bagian dari minoritas. Statusnya sebagai minoritas yang berani berdiri lantang, membuat saya tertarik.
Dan kecintaannya atas Indonesia dibuktikan dengan jadi Pengajar Muda yang dibuat oleh Anies Baswedan. Lepas dari Anies Baswedan, ia kerja sebagai salah satu staf Ahok di bidang hukum. Walau Anies Baswedan pernah berperan membentuknya, ia dengan keras bersuara saat menyaksikan ketidakadilan menimpa lawan Anies, Ahok.
Sejak muncul berkali-kali mendampingi Ahok di sidang, namanya melejit. Wajahnya dikenal di mana-mana. Siapa orang Jakarta yang tak kenal Ernest.
Tapi masih sebagai staffnya Ahok.. Setahun lalu ia masih dikenal sebagai Rian Staffnya Ahok yang ganteng. Tidak banyak yang tahu bahwa kini dia adalah Rian Ernest, Caleg PSI dari Jakarta Timur.
Pertanyaan saya, saat kini Ahok bisa dibilang tak terdengar lagi kiprah politiknya, dan mungkin akan butuh waktu untuk menunggu aumannya kembali, bagaimana dengan nasib anak-anak didiknya di balaikota? Akankah mereka juga ikut redup?
Jelas tidak, setidaknya ada dua orang staf Ahok yang setia dan kini merintis jalannya masing-masing di dunia politik. Satu Imadya, atau lebih akrab kita panggil Ima. Satu lagi Rian Ernest.
Saat saya gelitik dia dengan pertanyaan "Lah ntar kalau suatu saat beda partai, beda pandangan politik, bahkan berdiri berseberangan dengan Ahok, wani ga nih berdebat lawan Ahok langsung?"
Rian menjawab tanpa keraguan, "WANIIIII!" kataya "Karena Ahok dan Gue nilainya sama, bersih, transparan, dan profesional. . Jadi ga mungkin lah akan bersinggungan. Tapi ya kalau dengan sangat terpaksa bersinggungan, ya, 'Wani!'"
Buat saya, itulah jawaban yang paling melegakan. Saya ajukan pendapat bahwa meskipun Ahok sangat bersih, berintegritas, dan profesional, dia tetap seorang manusia. Dengan menjadi manusia, maka pertama dia tetap saja bisa salah. Dan juga dengan menjadi manusia, ada saatnya suatu saat dia sudah begitu tua. Approach dan pandangan politiknya tidak lagi sesuai dengan kekinian.