Berkat kedatangan temannya, Didi Wahyu jadi tambah bersemangat menanam cabai dalam polybag. Usul temannya supaya belajar bersama membuat media tanam cabai berbahan tanah, sekam dan pupuk kandang masing-masing 10 karung langsung disetujui. Temannya akan datang lagi dengan membawa temannya serta membawa agen hayati untuk mencegah penyakit tanaman cabai yang muncul menyerang akar.
Insya Allah, Sabtu, 25/02/2017, mereka akan belajar bersama membuat media tanam cabai dengan agen hayati sistim bio-sterilisasi dan Aerob Decomposer berisi kandungan Strptomyces sp, Geobacillus sp dan Trocoderma sp. Ketika sudah tumbuh dalam polybag besar, Ia akan memakai agen hayati lanjutan agar tetap segar dan berbuah lebat serta berusia lama. Mudah-mudahan, dengan menggunakan agen hayati, maka  daun tanaman cabainya tidak keriting lagi, tidak layu lantas mati.
Kalau begini, Didi Wahyu akan aman  melanjutkan tradisi orang Purwokerto makan mendhoan sambil nyigit cabai rawit karena harga mendhoan dan harga satu biji cabai rawit jadi masuk akal. Ia pun jadi kolu (tega) menelan mendhoan dengan nyigit cabai rawit. Â
Seandainya terjadi lagi musim penghujan dobel, Didi Wahyu jadi sudah punya siasat cabai rawit mahal berupa mitigasi resiko tanam cabai rawit dalam polybag yang medianya dan perawatan serta pemeliaraannya dengan agen hayati. Dengan menanam cabai di polybag, Didi Wahyu yang sudah menganggur 9 bulan sebagai redaktur eksekutif Skh Harian Banyumas akan bergairah lagi hidupnya.