"Kok jualan di sini Pak? Ga ke dalam aja?" Tanya saya saat melihat posisi jualan Pak Eko yang tidak wajar, agak menjauh dari Pasar Paseban.
"Gak lah enak di sini saja, nongkrong. Gratis," jawabnya lugas. Jika hanya menggunakan gerobak dan setiap hari hilir mudik, memang tidak ada sewa yang perlu dibayar, asalkan menjaga kebersihan saja. Berbeda jika berdagang di sekolah, ia harus mengeluarkan biaya agak besar.
"Kalau di sini paling modalnya 350an, dapatnya sehari bisa 600an. Kalau di sekolah modalnya mesti 500an sehari, tapi dapatnya juga lumayan banyak, bisa 900an," jelas Pak Eko. Ia terlihat sangat mengerti hitung-hitungan bisnis dari bakso yang dijajakannya.
Bakso pentol dan bakso tahu Pak Eko sebenarnya enak sekali. Tidak kalah dengan jajanan yang disajikan di pasar-pasar modern. Selain itu terlihat ia mengelola gerobaknya dengan bersih.Â
"Ya namanya juga jualan zaman sekarang, Mas. Tuntutannya banyak. Sekarang jualan di sekolah saja sudah tidak boleh lagi pakai mangkuk plastik begini, mesti yang beling." Namun ia tidak mengeluh. Ia sadar bahwa itu memang standar ramah lingkungan dan menjaga kebersihan yang diterapkan dan siap mematuhinya.Â
"Teman saya dulu di Kalimantan lebih hebat lagi, jualan lewat online. Caranya lewat media sosial dan whatsapp. Sehari bisa meraup jutaan. Tapi ya tentunya modalnya juga lumayan besar," jawab Pak Eko saat ditanya sebesar apa potensi berjualan bakso pentol.Â
"Paling ga butuh 6 jutalah untuk sewa warung doang. Kalau mau jualan di sekolah, minimal harus ada 2-3 juta. Itu bisa, asal kita ngerti saja selahnya biar bisa masuk ke sekolah lagi dan dapat tempat. Rebutan soalnya," terang Pak Eko. Ia menceritakan bahwa sejak pandemi, sekolah sepi dan tidak ada lagi anak-anak yang memang menjadi konsumen utama dari bakso pentol.Â
"Di Jakarta semua bisa menghasilkan kok Mas. Yang penting mau usaha," ucapnya dengan penuh semangat. Dia memberikan beberapa nama sekolah di sekitar yang diincar untuk dijadikan tempat usaha baru. Apalagi saya menerangkan bahwa sebentar lagi anak-anak akan bersekolah kembali karena sudah dilakukan vaksinasi di lingkungan pendidikan.Â
"Pastinya saya tanya istri dulu mas," saat saya tanya apakah ia akan mengajukan. Di kepala Pak Eko langsung terbit ribuan kemungkinan pengembangan usaha. Bahkan pada saat saya tanya apakah dia mau dibimbing untuk membuat business plan dan mencatat keuangan dengan ketat, ia mengaku bersedia.Â
Harapan di tengah pandemi itu tetap ada, tinggal kita saja bekerjasama untuk mewujudkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H