Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jengkol Isah (1)

31 Oktober 2020   11:16 Diperbarui: 31 Oktober 2020   15:02 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto siamang dari wikipedia

Isah, istri Sunar, pernah bercerita hewan lain yang tidak kalah berbahaya, yaitu ular. Ular kobra berpotensi membunuh petani yang lengah lalu menginjaknya, terutama pada malam hari saat mengusir gajah. 

"Kemarin ada teman di Sebanga yang sampai pahanya menghitam dan terpaksa diamputasi. Ditunggu perawatan lama, tidak sembuh juga. Daripada kehilangan nyawa, lebih baik kehilangan kaki." Isah berkisah. Walau luka amputasi sembuh, namun bertani adalah pekerjaan fisik. Kehilangan anggota tubuh jelas akan mempersulit mereka bekerja mencari nafkah.

Sesekali saat berjalan-jalan mengelilingi lahan sawit keluarga, saya masih bisa menyaksikan ular-ular lewat selintas. Walaupun mengancam nyawa, biasanya binatang ini tidak punya kepentingan mengganggu pohon sawit. Justru mereka hidup dari memangsa burung-burung dan tikus yang hidup sehat di antara dedaunan sawit yang lebat. Di Indonesia, sangat lazim bagi petani bekerjasama dengan hewan pemangsa tikus seperti ular dan burung hantu.

dokpri / cpopc.org
dokpri / cpopc.org
Ada pula jenis hewan seperti ulat api. Tampil bertubuh kecil gempal dengan warna mencolok tampak lucu memikat. Tapi sentuhan pada si ulat bisa berdampak panjang karena racun pada bulu-bulu tajam di tubuhnya. 

Tertusuk duri si ulat bisa berakibat bengkak dengan rasa nyeri hingga berminggu-minggu pemulihannya. Waktu yang lebih lama akan dibutuhkan bila si ulat sudah menyerang kebun hingga yang terlihat hanyalah kumpulan pohon sawit gundul dan tinggal lidinya saja. Pohon-pohon dengan kondisi ini biasanya akan mogok berbuah.

Namun petani tentu tak hilang akal menghadapi hama ini. Pembasmian secara alami biasa dilakukan melalui burung-burung karnivora atau mengembangbiakkan serangga predator seperti Sycanus

Salah Paham soal Nasib Orangutan

Foto siamang dari wikipedia
Foto siamang dari wikipedia

Saya ingin secara khusus membahas petani dan Orangutan karena beberapa kali saya mendengar kabar di media tentang petani sawit yang disalahkan atas kematian atau disiksanya Orangutan. Saya sendiri sempat menghabiskan waktu sekitar 2 tahun saat kecil, mengamati awal pembukaan kebun sawit orangtua. Saya bersaksi tak pernah terlihat Orangutan.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menyebutkan populasi Orangutan di Pulau Sumatera sekitar 6,600 ekor. Tapi jika sesekali  bermain di kebun sawit, yang banyak saya dengar adalah suara kera atau siamang, yang berpotensi lebih bersahabat dengan petani. Kadang jika berhasil dijinakkan, primata jenis beruk bisa menjadi mitra pemetik kelapa.  

Ini bukti bahwa hewan-hewan di sela-sela perkebunan sawit atau karet sesungguhnya bisa berdampingan dengan manusia pengelolanya. Seingat saya mereka bukan mengincar sawit, tapi buah-buahan lain yang terasa manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun