Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Menggugat

16 Agustus 2020   08:01 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar pribadi

Kami bangsa yang mampu memproduksi. Dan produksi minyak nabati kami dibutuhkan seluruh dunia. Tanpa keringat petani-petani kami, tak akan ada makanan lezat terhidang di meja makan tuan-tuan para penguasa modal.

Kami pun punya kuasa. Kami punya harga diri!

Perjuangan untuk berdaulat atas hasil peluh rakyat kecil sudah banyak sekali diupayakan oleh Bangsa ini. Nikel kini sudah diupayakan tak lagi diekspor mentah-mentah, yang membuat begitu banyak yang mendengki hatinya sehingga menggugat ke PBB. Emas Papua sudah kami rebut kembali dengan penguasaan Freeport.

Maka kini kami perlu tunjukkan bahwa bangsa ini juga berdaulat atas produksi sawit petani-petaninya, tanpa perlu takut lagi harganya jatuh karena diboikot.

Boeng, Ayo Boeng!

Presiden kami sudah menyatakan, mestinya kami tidak perlu takut atas ancaman-ancaman untuk membuat bangsa ini tunduk dan patuh. Kalau tuan-tuan berani-beraninya memboikot produk petani kami, tentu sah pula kiranya bila kami memboikot produk yang tuan-tuan hasilkan dari dunia barat sana.

Untuk tuan-tuan ketahui, kami juga punya banyak sekali pilihan, bukan hanya kecap dan sambal produksi tuan saja yang bisa kami temui di pasar. Apa yang tuan-tuan anggap sebagai potensi pasar itu, bukan kalian saja penguasanya.

Ada banyak produsen kecap dan sambal yang lebih menyayangi petani-petani kami. Mereka tak malu-malu mengakui bahwa 85 persen produknya menggunakan minyak sawit. Mereka mengajari petani yang tak mengerti jadi mengerti pentingnya menjaga lingkungan. Mereka diajarkan mengoptimalkan hasil produksi sawit, supaya mereka punya uang yang cukup untuk berhenti membakari lahan dan menerapkan pertanian sustainable.

Bukannya malah mendiskreditkan produk mereka!

Tuan-tuan terhormat, sudilah kiranya kalian berbagi penderitaan bersama kami, bersama petani-petani kami. Sudah belasan tahun ini mereka menangis karena kampanye negatif yang dilakukan oleh bangsa-bangsa tuan semuanya. Sawit yang harganya sudah rendah, semakin anjlok dan kini tak lagi bisa menutupi biaya produksinya.

Banyak di antara mereka kini terbelit hutang, jangankan bisa memenuhi kebutuhan perutnya sehari-hari, pada saat tuan-tuan semuanya meraup keuntungan dari taburan selai hazelnut yang lezat di atas roti-roti hangat. Lezat nian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun