Teruntuk Pemilik Kraft Heinz....
Sebagaimana pernah saya tulis, saya adalah anak petani sawit. Keluarga saya pernah melewati masa-masa di mana makan ikan sarden dibelah empat adalah makanan yang rasanya paling nikmat.Â
Saya ingat merk yang tertulis di kaleng tersebut adalah ABC. Jika kemewahan itu tak bisa didapatkan, maka makan nasi dengan lauk dan sayur seadanya masih bisa tertelan dengan kecap dan sambal yang juga bertuliskan ABC.
Bahkan setelah kami dewasa dan hidup mulai berkecukupan, lidah saya menjadi begitu sulit berpindah ke kecap dan sambal lainnya. Kecap dan sambal ABC dari Kraft Heinz adalah bagian dari kenangan kami akan masa kecil, bagian dari kebersahajaan hidup kami.
Saya yakin ribuan petani sawit rakyat lainnya juga adalah bagian dari kebersahajaan itu.
Yang terhormat Bapak dan Ibu pemilik Kraft Heinz...
Betapa tersayatnya hati saya mendengar kabar bahwa di beberapa negara, perusahaan bapak dan ibu melancarkan kampanye anti penggunaan minyak sawit. Bahkan di labelnya besar-besar tertulis "NO PALM OIL". Entah untuk alasan apa.
Saya hanya bisa berbaik sangka. Mungkin atas alasan kesehatan. Mungkin juga bagian dari upaya mendiskreditkan produk pertanian yang sudah dihasilkan orangtua kami dengan susah payah.
Tapi sebagai orang terdidik dan sampai bisa memiliki perusahaan makanan begitu besar, saya yakin bapak dan ibu paham bahwa tak semua minyak sawit dihasilkan dengan cara-cara merusak lingkungan.
Situs perusahaan bapak ibu sendiri mengakui itu, sampai-sampai Kraft Heinz ikut serta dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), organisasi yang mengupayakan standar dan praktik terbaik untuk minyak sawit yang berkelanjutan.
Jika bapak dan ibu meyakini mimpi akan minyak sawit sustainable itu ada, lalu apa maksudnya kampanye NO PALM OIL tersebut? Tidakkah kampanye itu terdengar ambigu, bermuka dua, dan yang terpenting menyakiti hati kami semua?
Saya yakin tak ada produk makanan di dunia ini yang bisa lepas dari penggunaan minyak sawit. Di antara seluruh sumber minyak untuk makanan, justru sawit yang paling efisien dalam penggunaan lahan.
Di situs Kraft Heinz sendiri tertulis bahwa perusahaan bapak dan ibu juga memanfaatkannya untuk beberapa produk, walaupun malu-malu dan menyatakan hanya sebagian kecil saja.
Saya juga percaya bapak dan ibu,sebagai orang yang berpendidikan dan terhormat, mengerti betul cara membaca nutrisi dan dampak kesehatan dari berbagai bahan makanan. Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa mengkonsumsi minyak sawit sama saja sehatnya seperti sumber minyak nabati lainnya, jika dikonsumsi secukupnya, tidak berlebihan.
Saya yakin ada banyak cara kreatif lain untuk mempromosikan bahwa produk yang bapak dan ibu hasilkan sehat dan ramah lingkungan. Tidak mesti dengan mendiskreditkan minyak sawit. Tidak mesti menuliskan besar dan tebal-tebal "NO PALM OIL"
Bapak dan Ibu pemilik Kraft Heinz yang saya muliakan...
Saya ingin mengetuk hati bapak dan ibu sekalian, yang saya harapkan masih ada. Tidak semua lahan sawit merebut habitat orang utan, Pak.. Bu... Tidak semua lahan sawit dibakar.
Andai pun pembakaran untuk membuka lahan pernah terjadi, itu bagian dari masa lalu yang sudah lima tahun belakangan hampir tidak dilakukan lagi. Tak ada lagi bencana kabut asap yang melanda kami dan negara-negara tetangga tiap tahunnya.
Yang terpenting, tidak semua penghasil minyak sawit adalah perusahaan-perusahaan jahat perusak lingkungan. Ada petani-petani sawit kecil, seperti bapak saya, yang lahannya tak sampai 10 hektar. Bahkan ada yang mesti menggantungkan seluruh hidupnya dari lahan 1 hektar saja.
Hidup mereka sangat tergantung kepada berapa rupiah yang dihargai atas butir-butir buah sawit yang mereka hasilkan. Jatuhnya harga tandan sawit segar akan diiringi oleh titik air mata mereka. Beberapa dari mereka akan terjebak oleh hutang rentenir karena tidak sebandingnya biaya menanam dan panen yang dihasilkan.
Kampanye-kampanye negatif yang perusahaan milik bapak dan ibu lakukan, bisa jadi turut andil dalam kesulitan-kesulitan itu.
Bapak dan Ibu yang terhormat..
Saya sebenarnya tidak ingin membanding-bandingkan perusahaan bapak dan ibu dengan yang lain. Tiap perusahaan punya sudut pandangnya sendiri-sendiri tentang bagaimana bisnis yang baik dan lestari mesti dijalankan.
Tapi saya ingin memberitahu, saat ini pesaing kalian yang punya logo huruf U, melakukan pendekatan bertolak belakang dengan yang kalian lakukan. Ketimbang mendiskreditkan minyak sawit, mereka memilih bekerjasama dengan para petani dengan mengedukasi bagaimana seharusnya pertanian ramah lingkungan diolah.
Daripada melakukan kampanye negatif terhadap produk-produk petani, mereka membelinya dengan menetapkan syarat-syarat yang mesti dipenuhi. Yang mereka lakukan adalah tindakan persuasif, bukan menghakimi.
Tidakkah cara-cara seperti itu bisa dilakukan oleh perusahaan sebesar dan seperkasa Kraft Heinz? Saya yakin bisa. Asal mau, asal peduli..
Bapak dan Ibu pemilik Kraft Heinz...
Produk-produk makanan yang bapak dan ibu hasilkan dinikmati oleh jutaan orang di Indonesia. Saya salah satunya. Keluarga kami salah satunya, penggemar sarden ABC. Petani-petani sawit adalah sekian banyak penikmat kerupuk yang ditetesi kecap ABC. Saat kami semua malas memasak, rangkaian keju, bumbu, dan sambal dari Kraft dan Heinz adalah pemecah utama.
Jika boleh saya memohon, jangan biarkan hati kami beralih dari produk-produk luar biasa tersebut. Â Mari kita bergandeng tangan daripada saling membenci. Para petani sawit sudah cukup menderita dengan anjloknya harga sawit karena kampanye negatif yang sudah bertahun-tahun diluncurkan.
Mari saling mencintai satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H