Tak lama, waktunya Mas Budiman Sudjatmiko pulang. Hermawan mengantarkan saya kembali ke Hotel Ibis. Sebelumnya, kami singgah sebentar di salah satu warung yang menjual makanan ikan.
Saya mencoba asam pedas ikan lais. Saya pikir ini ikan selais yang di Sumatera diasap dan rasanya pedas dan renyah. Ternyata beda. Di Pontianak, ikan lais adalah ikan sungai tipis dan panjang. Dagingnya lembut dan bumbunya meresap. "Tahu sebanyak ini, tadi saya pesan tidak pakai nasi," Hermawan tertawa.
"Kalau memang cari yang Mas masih harus coba pacri," infonya.
"Apa itu pacri?" Saya agak keheranan.
"Semacam sayur tapi dari buah nenas. Jadi buah tapi sayur," Ia menerangkan sambil tertawa melihat keheranan saya.
Berat sekali mata saya waktu itu. Selain karena sudah makan banyak, juga kelelahan membantu Mas Bud siangnya. Maka saya langsung pulang ke hotel dan tidur pulas sampai pagi.
Pagi sekali, saya ke Ayani Mega Mal, Pontianak di sebelah Hotel Ibis. Di sini saya mencoba mie keladi (lagi-lagi). Sebenarnya ini bukanlah mie, namun umbi keladi yang diiris tipis-tipis menyerupai mie.
Rasanya ternyata lebih enak daripada mie gandum dan bikin kenyang, walaupun jumlahnya hanya sedikit saja. Ini karena ternyata rempah dan bumbu mie jauh lebih meresap dibanding mie biasa.
Selesai makan mie, saya mencoba kopi Pontianak yang ditawarkan di mal. Sayang pengolahannya tidak terlalu baik sehingga yang terasa hanya pahit, karakternya kurang bisa dibedakan dari kopi biasa. Jadi hanya rasa pahit dan hangus yang keluar.