Jokowi sejatinya adalah politikus yang lihai. Menjadikan Prabowo akan membuat kekuatan Islam radikal yang selama ini berdiri di belakangnya, pecah terurai. Luka yang ia timbulkan ngilu luar biasa, tanpa banyak mencecerkan darah.Â
Seorang teman, Ira, bertanya, "kok ya begitu tega pemilihan pendamping-pendamping presiden ini tak mempertimbangkan perasaan pemilih Jokowi?" Saya menjawab, dari awal mendukung Jokowi, kita sebenarnya harus siap kecewa.
Ia seorang politikus sejati yang tega melakukan apapun yang perlu. Karena memang politik tak diciptakan untuk memuaskan beberapa mulut saja. Ia digunakan untuk meraih kekuasaan, demi manfaat bagi sebanyak mungkin rakyat.
Sehingga bisa saja keputusan itu tidak menyenangkan bagi kita, para pendukungnya. Bisa jadi saya, sebagai pendukung Jokowi sekalipun, terasa menyakitkan. Tapi jika menyakiti hati beberapa orang, yaitu kita semua, ia bisa merangkul kembali seluruh warga negara Indonesia yang terpecah selamam pemilu, maka tindakan yang dirasa perlu itu wajib dan memang sudah seharusnya dilakukan. Justru kita, sebagai relawan pendukung yang tak boleh baper apalagi  ngambek.
Apakah dengan begini, Jokowi tidak negarawan lagi? Saya kok merasa inilah negarawan yang sebenarnya. Ia rela berbagi kekuasaan dengan Prabowo, yang sudah menjadi rivalnya bertahun-tahun. Dan atas keputusannya itu, ia beresiko ditinggal satu per satu oleh pendukungnya.Â
Menjinakkan Prabowo dengan memberikan apa yang menjadikan impiannya selama puluhan tahun, membersihkan nama dan memimpin upaya pertahanan dan kemananan sebagai seorang Jendral bintang empat sempurna, jelas akan membuat kaum radikal tersudut.
Jika selama ini mereka begitu berharap bisa memboncengi Prabowo yang masih memiliki banyak loyalis di dalam pasukan hijau, maka kini tunggangan mereka tinggal PKS, PAN, atau Demokrat, yang jelas sudah terkunci aksesnya terhadap logistik dan jaringan kekuasaan.Â
Prabowo dan Gerindra telah begitu jinaknya, sampai-sampai sebentar lagi kita akan mendengarkan Fadli Zon, Rachel Maryam, Puoyono, sampai Dahnil Anzar akan kompak bernyanyi memuji prestasi Jokowi, sesuatu yang tak akan mereka lakukan sebelumnya.
Ingat, PKS meraih perbaikan yang cukup signifikan dalam perolehan suara legislatif. Dari awalnya kelas gurem, kini mereka beranjak jadi partai kelas menengah. Membiarkan mereka terus-terusan menempel ke Gerindra hanya akan membuatnya jadi penantang serius pada tahun 2024 nanti, di mana Anies Baswedan besar kemungkinan juga akan sudah dalam kondisi paling matangnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H