Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tommy Akhirnya Melanjutkan Motoran di Surga

22 Oktober 2019   04:05 Diperbarui: 22 Oktober 2019   04:20 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi dunia voluntary perpolitikan ini memang keras, orang saling tuduh seenaknya, sesuka hatinya. Tidak juga media konvensional yang harusnya menulis dengan hati-hati berimbang, juga asal ngecap orang-orang seperti Tommy sebagai buzzer hanya karena jurnalisnya mungkin berambisi mengejar judul yang clickbait, merusak integritas orang lain hanya demi traffic.

Padahal hampir semua pendukung Jokowi sepakat, kalau Tommy adalah pekerja keras sejati. Tanpa perlu insentif, dia selalu menulis, untuk hal apapun. Tommy bukan orang yang meributkan imbalan material untuk mengerjakan sesuatu. Tommy menulis hanya karena ia senang menulis. 

"Gue tuh dulu wartawan. Kalau gue mau enak mah gampang. Bikin aja situs berita dotcom abal-abal, terus bikin review positif banget atau fitnah sekalian ke pejabat-pejabat. Abis itu minta duit damai atau proyekan. Tapi gue ogah kaya begituan, Dhi. Gue tegur temen-temen lain yang begitu. Ngapain kita hidup dari rejeki yang ga berkah coba!" Ungkapnya gemas.

Saking kadang lagi susah hidupnya, Tommy suka menelepon saya tengah malam. "Lagi di kafe mana?" Saya tahu kalau sudah begini, tendanya Tommy sedang lapar. Saya ajak dia makan dan minum, lalu kita ngobrol sampai pagi. Kadang kami usil tidur di kafe, KFC, atau McD sampai pagi, hehe. Tentu saya tidak menganggap dia lebih rendah hanya karena hal seperti ini.

Saya melihatnya dengan rasa kagum atas keteguhan hatinya untuk terus menulis, walau kita tahu saat ini penghargaan terhadap penulis tidak lagi sebesar dulu. Sambil ngopi bareng, kita sering bertukar ide, akan jalan-jalan ke mana lagi berikutnya. Kadang juga kami tertawa-tawa berghibah soal kelakuan relawan Jokowi yang aneh bin ajaib. 

Saya tidak bisa hidup begitu bersahaja dan sebohemiannya Tommy. Karena itu saya masih bercampur pekerjaan lainnya, sementara menulis hanya nyambi. Untuk Tommy, menulis adalah kehidupan itu sendiri. Ia hidup dalam karya-karyanya. 

Tommy juga banyak membantu saya mengurusi kegiatan-kegiatan di Inovator 4.0 Indonesia yang dipimpin Mas Budiman Sudjatmiko. Kabar berpulangnya Tommy juga mengejutkan beliau, karena ia juga punya kenangan yang juga positif soal Tommy. 

"RIP Tommy, orang yang tak pernah berhenti tersenyum..selalu tertawa dengan seluruh tubuhnya. Sangat kehilangan dia.." demikian kenang Mas Budiman Sudjatmiko.

Hari ini, 21 Oktober 2019, Thomas Jan Bernadus, meninggalkan kita semua. Tapi saya yakin semangatnya jalan-jalan dan menulis tidak akan selesai sampai di sini. Ia pasti sedang tertawa-tawa di surga di atas sana, melanjutkan petualangan kulinernya, sambil motoran, seperti impiannya yang belum terwujud di dunia ini. 

dok. Tommy Bernadus
dok. Tommy Bernadus
Selamat jalan teman, karyamu akan selalu abadi.

Makassar 21 Oktober 2019

Hariadhi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun