"Apa ini nasi goreng merah, bu?"
"Ya.. merah!" Jawabnya sekenanya.
"Ya maksud saya ini merahnya karena apa. Memang merah karena berasnya berasnya warna merah, atau bumbunya bikin warnanya jadi merah, atau bagaimana?"
Memang di senja hari, walau posisi kafe ini tidak pas benar menghadap barat, langit di Pantai Kendari bersih luar biasa. Matahari terbenamnya bisa saya nikmati perlahan bergerak menghilang sehingga akhirnya menyisakan hanya rona merah tua di atas langit hitam. Sekilas saya masih bisa menikmati jernihnya air laut di sini sehingga karang dan ikan-ikan di sekitarnya masih kelihatan.
Berpindah ke hotel di sebelahnya, saya masih menemui hal serupa. Kamar tertulis Rp 175 ribuan, eh saat ditanya di resepsionis terpaksa bayar Rp 220 ribu juga. Ya sudahlah, masih terjangkau di kantong saya. Dan posisinya juga mengarah ke pelabuhan jadi besok saya bisa bergegas pagi menyeberang ke Baubau.
Selesai check in, saya usil memeriksa layanan Go Food di Kendari. Ternyata ada! Hihiy.. saya bersorak. Iseng saya mencari Sup Ubi, yang memang sudah menarik perhatian saya dari kemarin. Dalam 12 menit sup ubinya sampai. Dan sesuap, rasanya tidak mengecewakan lidah saya.