"Arghhh.. pedas!"
Dan karena yang dihasilkan adalah pedas panas yang menusuk, minum yoghurt, susu, dan kopi susu yang manis nyaris tidak menolong apa-apa.Â
Saya menyesal, harusnya tadi dibuatkan susu panas saja karena lebih efektif melarutkan capsaicin, sumber pedas di dalam cabe yang lebih mudah larut dalam lemak dan dalam keadaan panas.
Teman-teman di media sosial pun menyemangati. Ada juga sih yang malah menertawakan, seperti sepupu saya Dicky, yang malah menyebut aksi saya ini nekat.Â
Banyak juga yang minta supaya saya nambah lagi untuk cabe kedua, yang jelas akan saya tolak mentah-mentah. Satu biji saja rasanya sudah menyiksa sekali kok.
Butuh tiga yoghurt, susu kopi, dan susu untuk menghilangkan rasa pedasnya. Tapi saya bersyukur keesokan harinya buang air masih lancar.Â
Ternyata tidak sengeri yang diceritakan teman-teman dari Toraja yang katanya bisa sampai masuk rumah sakit karena diare tidak berhenti-berhenti. Pedasnya cuma bertahan sekitar 1 jam saja.Â
Memang luar biasa kuliner Toraja dengan semua kejutannya. Ada yang pedas, ada yang penuh aroma rempah, ada yang gurih lembut. Semua bisa kita nikmati sesuai pilihan dan selera masing-masing.
Itupun dalam porsi jumbo yang bisa dihabiskan berdua atau bertiga. Lalu menjelang senja, saya menonton sunset di balik perbukitan di sekitar Karrasik. Indah luar biasa, jadi konten yang menarik untuk saya share di instagram