Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menangisi Ketidakpahaman Jurnalis Kita Soal Buzzer

5 Oktober 2019   18:29 Diperbarui: 11 Oktober 2019   22:47 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wikimedia commons

Khusus buzzer itu saja, bukannya menghakimi keseluruhan buzzer sebagai pendosa. Tapi kalau hanya karena satu orang buzzer kebetulan posting informasi yang salah, apa lalu seisi orang yang terlibat dalam industri opini harus DITERTIBKAN?

Ya engga, itu sama persis kalau Tempo (dulu) keliru menuding Hasan Nasbi dalam beritanya yang tendensius, lalu kalah dalam sidang dewan pers, dan sidang dewan persnya (misalnya) memutuskan SELURUH MEDIA di Indonesia wajib memuat permintaan maaf dan hak jawab berhalaman-halaman untuk mengoreksi kesalahan Tempo dalam memberitakan seseorang.

Jelas tidak adil kan, sudah jelas yang keliru Tempo, masa Kompas dan Metro harus pula ikut-ikutan minta maaf?

Maka izinkan saya mengutip kalimat salah seorang yang cukup senior dalam bidang digital communication, termasuk dalam komunikasi politik, Mas Shafiq Pontoh, "Ketika seseorang tidak bisa survive di suatu era, reaksi paling basic untuk survival adalah ... denial"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun