Menjelang Sensus 2020, Sudah Siapkah Kita Mencatat Indonesia?

Untuk yang belum sadar, sudahkah tahu kalau 26 September lalu adalah Hari Statistik Nasional kita? Kesadaran mengenai statistik tentang Indonesia mulai muncul sejak adanya Undang-Undang No 7 tahun 1960. Undang-Undang ini adalah pengganti dari Statistiek Ordinantie 1934. 

Sejak tanggal inilah Indonesia mulai mengatur pencatatan mengenai warganegaranya sendiri, dan lebih lanjut memiliki basis data dalam pengambilan keputusan-keputusan publiknya. 

Statistik mungkin bagi para pelajar di SMA atau anak-anak kuliahan adalah cabang ilmu matematika yang paling membosankan, berisi kegiatan hitung menghitung berbagai angka njlimet yang ga keruan tujuannya. 

Tapi kenyataannya justru akibat adanya statistiklah kita bisa menikmati kemudahan di dalam hidup ini. Kita bisa mengukur kesempurnaan sebuah standar diterapkan pakai statistik. Kita mengukur apakah kebijakan publik sudah meningkatkan kepuasan masyarakat atau belum, juga pakai statistik. 

Mau memperkirakan berapa besar kebutuhan masyarakat atas suatu produk sehingga bisa membuatnya cukup sebanyak demand yang tercipta, itu juga pakai statistik. Bahkan untuk memperkirakan siapa pemimpin yang bisa diterima rakyat, tools yang digunakan juga statistik. 

Sehingga walau mungkin menjadi salah satu cabang ilmu yang diremehkan, sekaligus paling besar jasanya dalam hidup kita, marilah sejenak kita haturkan terima kasih kita kepada statistik. 

Tanpa statistik, tak akan ada data. Tanpa data, tak ada gunanya menciptakan algoritma. Tanpa itu semua, maka percuma kita jauh-jauh bicara Revolusi Industri 4.0 dan penerapannya. 

Karena itu, PR besar kini menjelang kita:

1. Kesadaran untuk menjadi responden data

2. Memahami bahwa seluruh aspek kehidupan kita ini adalah produsen data

3. Menyadari bahwa masyarakat adalah yang paling utama diuntungkan oleh ketersediaan data

Sehubungan dengan pengumpulan dan pemanfaatan data, kita juga memiliki kejutan pada tahun 2020 nanti, yaitu masanya Indonesia untuk kembali mengadakan sensus, yaitu untuk ketujuh kalinya. Inilah masanya kita memutakhirkan data mengenai manusia Indonesia, dan dengan demikian juga mencatat sejarah dalam kependudukan kita.

Berbeda dengan sensus-sensus yang sudah dilakukan sebelumnya, tahun 2020, BPS akan melakukan sensus dengan teknik kombinasi, yaitu paduan data dukcapil yang sudah lebih dahulu ada dan dimutakhirkan, dipadu dengan pelengkapan data penduduk melalui kegiatan sensus. 

Tools yang akan digunakan yaitu CAWI (Computer Assisted Web Interviewing), CAPI (Computer Assisted Personal Interviewing), hingga PAPI (Pencil and Paper Interviewing. Terlihat jelas bahwa pemanfaatan teknologi akan mulai mendominasi cara pengambilan data sensus kita ke depannya. 

sumber: dokpri

"Kita harapkan saling menguntungkan antara BPS dan Dukcapil terkait update data terkini. Sehingga kedepan data Dukcapil dan sensus penduduk menjadi satu, memberikan kualitas data pendudukan yang lebih bagus," ungkap Kepala BPS Suhariyanto. 

Selain lndonesia, ada 54 negara yang juga akan melakukan sensus penduduk/perumahan pada tahun depan. Beberapa di antaranya juga akan menerapkan Metode Kombinasi, seperti Malaysia, Uni Emirat Arab, Estonia, dan sebagainya.

Sambil merayakan Hari Statistik Nasional 2019, Pada acara bertajuk #MencatatIndonesia kemarin, BPS juga mengumumkan peraih penghargaan BPS Award tahun ini, yaitu Kementerian PPN/Bappenas, sebagai mitra terbaik kategori kementerian dan lembaga, Investor Daily sebagai mitra terbaik kategori media massa, dan Gaikindo sebagai mitra terbaik kategori pengusaha/asosiasi. Petugas sensus penduduk tersebut terdiri dari 800 ribu petugas pencacah dan sisanya buat posisi supervisor, serta lainnya.

sumber: dokpri