Saat kepedasan karena menggigit cabe, saya pun buru-buru minum soda yang tadi saya musuhi karena rasanya tidak enak. Sruppt... barulah saya tahu kalau rasa soda ini justru paling cocok diminum saat sedang kepedasan total. Rasanya yang mirip obat justru jadi enak tercampur dengan rasa cabe dan bumbu lain, dengan selayang rasa temulawak.
Selesai makan rica-rica daging kuda yang nikmat berempah, klien saya dari Jakarta menghubungi lewat whatsapp untuk pekerjaan yang mendadak dan harus selesai saat itu juga. Maka saya segera check in di Airy Syariah Rejowinangun Kota Gede.
Hotel Airy ini lumayan rapi, dan istimewanya adalah disediakan dapur, sehingga kita akan merasa menginap di kos-kosan dengan AC dan kamar mandi dalam. Memang fasilitas makanan kecilnya tidak ada, namun rasanya cukuplah bagi saya yang sudah mulai kepepet duit di kantong, haha.
Lalu, beruntung dengan adanya sinyal 4G di mana-mana, saya bisa menyelesaikan pekerjaan dalam beberapa jam. Lalu dengan hembusan AC yang sejuk, saya kembali tertidur. Sudah hampir pukul 18:00 saat telepon dari Larasestu Harisumaninda masuk dan mengingatkan saya janji jalan-jalan keliling Jogja.
Kebetulan, Laras juga seorang petualang, dan dulunya blogger. Kini ia sibuk mengurusi startupnya di Jogja. Saya ingin mengajaknya makan daging kuda seperti yang tadi siang sudah saya cicipi. Sayangnya Warung Sate Kuda Bu Riris sudah tutup. Maka setelah berkeliling di sekitar jalan Gedongkuning, maka kami sepakat melanjutkan petualangan di Malioboro.
"Tapi jangan benar-benar di Malioboro ya, udah bosen masa ke Jogjanya Malioboro melulu," Pesan saya sebelum Laras membantu saya memesankan GoCar.
Berdua, kami menyusuri jalanan Malioboro untuk mencari lumpia goreng yang sangat disukai Laras. Setelah membungkus lumpianya, Laras mengajak saya berjalan ke arah kantor pos.Â
Di tengah jalan, saya menemukan semacam gula-gula besar seukuran bola golf dengan bahan dasar kelapa, gula, dan pewarna warna-warni, "Itu namanya Geplak, cocok buat oleh-oleh murah-meriah." Sahut Laras saat saya bertanya apa namanya.
Saya coba rasanya, manis sekali dengan rasa kesat khas kelapa. Saat saya coba cari informasinya, makanan ini khas Bantul, namun juga dikenal dalam kuliner Betawi dengan nama sama. Bedanya, versi Betawi ditambahi tepung beras dan jeruk purut.