Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berjalan Solo ke Solo, Kotanya Pak Jokowi (2)

16 September 2019   01:13 Diperbarui: 16 September 2019   01:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Maka saya berjalan sedikit ke arah Pasar Nusukan dan berbelok di gerbang penanda jalan menuju Astana Utara. Memang dari jauh suasananya agak mistis dan membuat bulu kuduk merinding. Ada hawa yang kurang enak yang menyapa saat saya membuka gerbangnya. Mirip yang saya temui di Museum Prasasti dan TPU Karang Suci di Cilacap.

dokpri
dokpri
Sayang saya tidak bisa masuk ke pemakaman Astana Utara begitu saja. "Minta izin dulu sama kuncennya," Jawab seorang Ibu-Ibu yang sedang berziarah dari dalam gerbang. Akhirnya saya memilih keluar saja setelah melihat-lihat bagian tamannya.  

dokpri
dokpri
Namun Astana Utara tetap menyimpan keindahan. Dan saat berkunjung di masjid sebelahnya, saya mulai merasa mengantuk saat melihat deretan kuburan yang tertata rapi. Nisannya menunjukkan tahun 1920an, memperlihatkan bagian ini sudah lama dan tua sekali. Di beberapa makim terlihat taburan bunga dan kendi air, memperlihatkan ahi warisnya atau peziarah masih rajin mengunjungi makam-makam di sini.

Lalu perlahan saya mengantuk lagi, dan tertidur singkat, hanya sekedar lima menit. Namun mimpi yang saya alami rasanya panjang sekali. Nyaris seharian! Dan di sana saya melihat visi yang indah sekali. Walaupun hanya warna-warna abstrak, namun membuat hati terhibur, senang.

Terbangun dan segar kembali, saya kembali ke arah Jembatan Tirtonadi. Beberapa tukang ojek keheranan melihat saya. "Ga nginep? Ziarah?" Tanya mereka berkali-kali. "Ga pak, main-main saja, terima kasih." Sambil dengan halus menolak tawaran mereka mengantar sampai tujuan.

dokpri
dokpri
Tepat pukul 05:00, saya menikmati matahari yang perlahan tenggelam, lalu membandingkannya dengan foto-foto tadi pagi. Indanya tetap luar biasa!

dokpri
dokpri
Setelah azan magrib menjelang, dan mentari menghilang perlahan, saya pun berjalan ke Terminal Tirtonadi, mencari bus untuk perjalanan berikutnya.

Ke mana? Ikuti saja cerita saya selanjutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun