"Mas duluan saja, nanti saya nyusul," kata saya kepada Mas Tedy Tricahyono, Sekjen Inovator 4.0 Indonesia usai meeting di Gedung Cyber 1.Â
Kami berdua kompakan hendak mengikuti acara talkshow Mas Budiman Sudjatmiko di Plaza City View di Kemang Timur. Namun karena jalanan sekitar Cyber 1 macet total, maka kami memutuskan berpisah saja dengan gojek ketimbang naik taksi. "Ya sudah, sampe ketemu di sana ya," Kata Mas Tedy.
Menjelang sampai di Kemang, saya ingat belum makan sejak siang. Cuma Mi Ayam tadi siang, sehingga tentu saja membuat lapar kembali. Nah menjelang samp0ai di City View, saya teringat kalau ada kafe yang katanya baru saja buka dan menyajikan masaka khas Papua, Papeda. Namanya Kafe Alenia.
Sebenarnya Papeda, sebutan untuk adonan sagu yang kental dan lengket, bukan hanya milik Papua saja. Dulu saat ke Ambon saya juga mencoba di tepi laut sambil menikmati indahnya tepi pantai di Laut Banda. Saya suka sekali rasanya, walau pertama mencobanya hampir pasti semua orng muntah.Â
Makan papeda tidak seperti memakan nasi. Tidak boleh dilahap semuanya, melainkan diseruput pelan-pelan, lalu ditimpali kuah kuning dan daging ikan kakap.Â
Gurih dan kenyal sekaligus menyatu di mulut. Pasti ketagihan!
Agak lama menunggu papeda selesai disajikan. Saya menikmati suasana di dalam kafe yang artistik dan rustik dengan padua material kayu, batu, dan hiasan beberapa keramik antik. Berlama-lama di kafe ini tidak akan terasa menjemukan. Hingga akhirnya papeda pesanan saya disajikan.
Dan ya ampun..Â
Sehingga saya akhirnya menyimpulkan, "Ini sih walaupun kesannya mahal, tapi kalau mengajak teman-teman nongkrong, bisa dinikmati sampai 5 orang atau lebih. Soalnya makan papeda memang sedikit saja sudah membuat kenyang dan berkeringat, alias kalau istilah orang betawinya, Bega...
Nyaris bosan saya memutar-mutar stik kecil untuk menyajikan papeda, meletakkannya ke piring, lalu menyuapkannya ke mulut. Hingga putaran kelima, perut saya sudah tidak bisa kompromi lagi. Papeda yang awalnya terasa nikmat, sekarang mulai menyiksa, saya jadi kepingin muntah seperti saat pertama kali mencicipi papeda.
Untuk mengobati kerinduan atas makanan lengket yang sulit sekali menemukannya di Jakarta, saya bisa menilai enaknya sama dengan yang dulu saya nikmati di pantai di Ambon.
Untuk harga, saya bisa paham ini disajikannya di salah satu pusat gaul Jakarta, jadi tidak masalah agak mahal, karena sesungguhnya ukuran sajian papeda yang dihidangkan sebenarnya bisa untuk berlima atau berenam.
Total tagihan saya sekitar Rp 200 ribu, jadi kalau dibagi berlima hanya Rp 50 ribu (papedanya sendiri hanya Rp 130 ribu, jadi mahal karena beberapa minuman ekstra yang saya pesan). Kopi susu yang disajikan kental dan creamy.
Terima kasih untuk obat kerinduannya, Kafe Alenia!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI