Nyaris bosan saya memutar-mutar stik kecil untuk menyajikan papeda, meletakkannya ke piring, lalu menyuapkannya ke mulut. Hingga putaran kelima, perut saya sudah tidak bisa kompromi lagi. Papeda yang awalnya terasa nikmat, sekarang mulai menyiksa, saya jadi kepingin muntah seperti saat pertama kali mencicipi papeda.
Untuk mengobati kerinduan atas makanan lengket yang sulit sekali menemukannya di Jakarta, saya bisa menilai enaknya sama dengan yang dulu saya nikmati di pantai di Ambon.
Untuk harga, saya bisa paham ini disajikannya di salah satu pusat gaul Jakarta, jadi tidak masalah agak mahal, karena sesungguhnya ukuran sajian papeda yang dihidangkan sebenarnya bisa untuk berlima atau berenam.
Total tagihan saya sekitar Rp 200 ribu, jadi kalau dibagi berlima hanya Rp 50 ribu (papedanya sendiri hanya Rp 130 ribu, jadi mahal karena beberapa minuman ekstra yang saya pesan). Kopi susu yang disajikan kental dan creamy.
Terima kasih untuk obat kerinduannya, Kafe Alenia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H