Yang sayangnya kurang dimanfaatkan maksimal oleh pedagang kuliner setempat. Yang tersedia kalau tidak bakso, nasi goreng, ya seafood. Padahal saya berharap sekali ada makanan aneh bin ajaib dari Pangandaran, misalnya Jambal Roti dibikin sandwich kek. Hehehe.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Sebelumnya, saya berkeliling dulu siang hingga sore hari di Cagar Alam dan Budaya Pangandaran. Awal saya masuk, kelihatannya seperti kebun binatang biasa sehingga kegilangan minat. Apalagi tiket masuknya agak tidak wajar untuk ukuran kebun binatang.Â
Tapi daripada seharian juga tidak ada yang bisa dinikmati, saya coba saja beli tiketnya dengan duit yang tersisa di kantong. Pas Rp 21 ribu!
Foto: Dokumentasi Pribadi
Tapi ternyata saya salah. Hanya bagian depannya saja ada atraksi monyet dan rusa jinak layaknya kebun binatang. Namun kalau kita melangkah lebih jauh, binatang-binatang ini semakin terlihat dilepas liarkan. "Hati-hati kalau bawa tas sebesar itu ya Pak!" Kata petugas mengingatkan. "Lah kenapa?" Saya heran. "Itu kalau salah-salah nanti disangka pembawa makanan, bisa dikerubuti dan dikeroyok monyetnya." Jawabnya sambil tertawa.
Mas-mas petugas mengajarkan gesture untuk mengusir monyet-monyet tersebut. "Angkat tangannya begini," Katanya sambil menunjukkan sikap seperti orang menyerah, tapi diangkatnya sebatas bahu. "Itu bahasa buat ke monyetnya kalau ga ada makanan?" Tanya saya. "Iya, monyetnya akan ngerti kalau tidak ada makanan dan pergi."
Saya coba beberapa kali tips ini tiap kali ada monyet agresif yang berusaha mendekati sambil menatap tas yang saya bawa. Sukses.. mereka langsung melengos dan pergi begitu saja dengan muka kecewa.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Terus melanjutkan ke dalam hutan, saya menemukan beberapa gua dan peninggalan kerajaan Pangandaraan dari masa lalu. Pengelolaannya cukup profesional, selalu ada setidaknya satu petugas untuk setiap situs.Â
Jadi walaupun hutannya cukup luas, merekrut guide tidak terlalu penting. Tapi buat yang butuh mendengarkan cerita, boleh saja menyewa dengan harga sangat murah. Tapi saya membuktikan bisa kok kita jalan sendirian sampe ujung hutan ini tanpa tersesat atau diganggu binatang.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Semakin ke dalam, semakin banyak gua-gua pendek yang bisa kita nikmati. Sebelnya, di setiap gua selalu ada kuburan. Sehingga agak ngeri juga harus bergelap-gelap berjalan menembus gua terssebut. "Ya memang di sini beberapa kali jadi tempat syuting film mistis atau acara uji nyali," kata seorang petugas di mulut Gua Panggung yang ada kuburan Ki Jaga Lautnya. Begitu juga gua-gua yang lain.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Yang paling membahagiakan ya saat mencapai ujung cagar ini. Selain sudah capek sekali, saya senang bisa bertemu juga dengan pemandian Cirengganis.Â
Konon ini adalah tempat pemandian keluarga kerajaan di masa lalu, "Ini bukan sekedar legenda. Dulu sempat ada mahasiswa meneliti di sini. Secara sains, berdasarkan penelitiannya, air di pemandian ini mengandung sulfur sehingga membantu mengencangkan kulit." Tambah si Bapak Penjaga lagi.
Lihat Trip Selengkapnya