Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengajak Kampret Bergabung ke Barisan Cebong dan Ciptakan Kebaikan? Bisa

2 Oktober 2018   16:42 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:45 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak terlalu ingat kapan mas Himawan Nurkanji tiba-tiba memutuskan mendukung Jokowi. Memang karakternya adalah swing voters. Dulu pernah sebentar dukung Jokowi, lalu pindah jadi dukung Prabowo. Beberapa kali kita sempat lempar-lemparan komentar panas, seingat saya. Namun pada suatu hari DM dari beliau masuk, menyatakan dukung Jokowi karena eneg dengan barisan Anies Sandi. Ia mengajak bertemu, alias kopdar.

Salah satu kesalahan Sandi menurutnya adalah terlalu banyak PHP orang lain, termasuk ke UKM-UKM. Dulu banyak menawarkan janji manis pembinaan ke UKM Jepara, katanya.

Tapi sampai sekarang tak terwujud, padahal tak sulit membantu mereka, asal niat saja, bukan berharap ditukar dengan suara saat pencoblosan. Bantu ya bantu...

Tak terlalu percaya, saya bilang saya masih dalam perjalanan #1000kmJKW, membantu pengungsi di Lombok. "Abis saya dari NTB ya," sedikit ogah-ogahan. Tapi sepanjang perjalanan dia kekeuh mengajak kopdar, lagi dan lagi.

"Ada sesuatu yang serius ini," Pikir saya. Mas Himawan juga menyatakan dia tahu kelemahan-kelemahan lawan, karena dia ada lama di barisan tetangga. "Ya bolehlah, nanti habis roasting kopi akan saya temui," pikir saya.

Janjianlah kami di sekitaran Buaran, yang ternyata tidak terkejar karena saya masih harus mengurusi pesanan kaos. Jadilah kami bertemu di Jatinegara saja, di sekitaran Gado-Gado Boplo.

Mas Himawan Nurkanji memberikan beberapa insight yang bagus mengenai lawan. Termasuk bagaimana menghubungkan kontestasi pilpres dengan kisah pewayangan.

"Jokowi itu layaknya Petruk yang jadi raja, ejekan lawan untuk jokowi, karena mengangkat brahmana, alias orang alim, perwujudan Kyai Ma'ruf Amin, menjadi orang kepercayaannya. Derajat Petruk naik jadi Arjuna. Sementara Prabowo melakukan sebaliknya, dari seorang Ksatria, merendahkan dirinya dengan mengangkat pedagang, Sandi, sebagai wakil.

"Cerita pewayangan itu pendekatan penting ke pemilih Jawa, Mas," Ungkap Mas Himawan berusaha meyakinkan. Imajinatif, tapi masuk akal, pikir saya. Tentu sebagai orang Sumatera saya tidak terlalu melihat dalamnya insight ini, karena kita terbiasa berbicara lugas, tanpa banyak permisalan. Pemimpin bagus itu ya bagus, ga pake dimisal-misalkan. Tapi tetap saya menikmati penjelasannya.

kopi1-5bb32d0faeebe1154e0b8072.png
kopi1-5bb32d0faeebe1154e0b8072.png
Dari Mas Himawan juga saya mendapatkan ide #KOEPISantri. Awalnya saya mau menamai kopi ini sebagai Kopi Pakde. Dengan muka Pak Jokowi sebagai simbolnya. Namun saya jadi teringat dulu Pak Jokowi pernah marah karena ada yang membuat produk komersial dengan nama Jokowi.

"Kopi santri aja mas. Kita wujudkan kekuatan Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin. Kita ciptakan cerita santri dan ulama beneran. Bukan ulama-ulamaan karena kerdus, seperti tetangga sebelah."

"Waah.. cakep ini idenya," Pikir saya. Sosok Jokowi dan Ma'ruf Amin tak perlu terlalu dimirip-miripkan. Cukup sosok seorang santri kurus bersarung, menyajikan kopi ke Kyainya. Kita namai KOEPI Santri karena nanti sebagian keuntungannya disumbangkan ke pesantren. Tidak pun sukses secara komersial, kita sudah bisa membantu para santri untuk jadi hidup modern, dan petani juga tertolong karena kopinya kita beli dengan harga pasar. Plus gambar subliminal kyai dan santrinya yang hormat dan sopan bisa menyebar ke mana-mana, hahahaha.

Kita bersepakat. Saya mengembangkan kopi santri, Mas Himawan akan dibayar royalti, walau tak banyak untuk idenya. Masih panjang strategi yang kita lakukan, termasuk bermimpi ini bisa diekspor ke luar negeri. Tapi satu per satu dululah, ramaikan dulu di online, baru nanti buru pasar luar negeri.

Tapi lagi-lagi sebagai seorang Minang, tidak mudah bagi saya untuk percaya orang. Berpartner harus diuji dulu, setia dan mau bersusah payah atau tidak. Maka iseng suatu malam tanggal 12 September, saya WA Mas Himawan.

sungai-citarum-3-5bb32c2f12ae946df630fce5.jpg
sungai-citarum-3-5bb32c2f12ae946df630fce5.jpg
"Ke Bandung yuk, lihat Citarum dibersihkan Pakde," ajak saya. Mas Himawan bingung karena waktu itu sudah mendekati dini hari. Hahaha. Tapi luar biasa, dia mau saja dan mengatakan mau minta izin istrinya dulu. Sayang izin tak didapat. Namun ia berjanji akan menyusul pagi harinya naik bus.

Saya terus nyetir sampai Cieunteung, menyaksikan pembangunan waduk retensi untuk mengurangi efek banjir Sungai Citarum yang rutin terjadi. Pendekatan Jokowi dan Pemprov yang baik membuat banyak warga dengan kerelaan membongkar rumahnya sendiri yang menyesaki dan menyebabkan banjir tahunan. Di sana ada sinyal 4G yang memungkinkan saya siarkan LIVE. Berbagai pujian datang atas project ini. Lalu siangnya lanjut ke arah timur untuk menyusuri Sungai Citarum ke arah hulu. Saat itulah Mas Himawan muncul.

salak-3-5bb32ce4677ffb78b12c9775.jpg
salak-3-5bb32ce4677ffb78b12c9775.jpg
Di tengah perjalanan dari Jogja ke NTB dan balik lagi ke Jakarta, saya menyempatkan diet frutarian beberapa hari. Akibatnya banyak sekali biji yang tersisa, dan saya simpan di dalam mangkuk lembab dengan lembaran tisu yang dibasahi. Sekitar tiga hari setelah saya sampai di rumah kembali, biji-biji tersebut sudah mulai berkecambah dan meninggi. Mulai dari biji alpukat, salak, labu, hingga sawi.

citarum1-1-5bb328eaab12ae2144697fd7.jpg
citarum1-1-5bb328eaab12ae2144697fd7.jpg
"Kita tanam yuk di pinggiran Sungai Citarum, nanti kita videokan dan ucapkan selamat bekerja kepada Kang Ridwan Kamil," ajak saya kepada Mas Himawan. Lagi-lagi ia setuju saja. Maka video itu dibuat dan dimention ke Kang Ridwan Kamil yang baru saja dilantik pagi harinya.

Capek, penat, lapar menyerang kami karena hari itu matahari terik sekali memanggang pinggiran Sungai Citarum. Kaki saya yang masih bengkak sisa nyetir dari NTB, bertambah kesakitan.

Tapi yang penting poin kritik kita yang pertama kali, supaya Kang Ridwan Kamil fokus membenahi dan memberikan edukasi kepada warga supaya sadar memelihara kebersihan Citarum, tersampaikan.

Soalnya percuma kan, Pakde Jokowi mengerahkan tentara dan relawan untuk membersihkan Citarum, kalau akhirnya ditumpuki lagi oleh sampah warga. Soalnya dalam sekejap terjadi lagi pendangkalan, yang membuat potensi banjir kembali mengancam warga walaupun sungainya baru saja dikeruk.

Balik ke Jakarta habis makan baso, kita bicara banyak di mobil. Mulai dari cara mendekati pasukan kampret, tentang peluang bisnis #KOEPISantri, hingga event yang bisa kita adakan untuk mengangkat pedagang dan pengrajin kecil. Nantilah kalau sudah ada modal dan waktunya.

waduk-5bb32cbb43322f5d8117e588.png
waduk-5bb32cbb43322f5d8117e588.png
Tapi saya setidaknya berhasil membuktikan bahwa merekrut pasukan kampret supaya mau berbalik mendukung Jokowi itu ga susah kok. Yang penting kita dengar dan wujudkan ide-idenya. Jika ada keuntungan finansial mengikuti kegiatan itu, mbok setidaknya bagilah mereka barang secuil, minimal sebagai penghargaan bagi pemikiran dan ide mereka.

Selamat bergabung ke barisan Cebong, Mas Himawan Nurkanji!

*beberapa dialog diedit untuk menjaga keamanan narasumber 

** cerita ini sudah diupload ke hariadhi.com dan seword

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun