Pernah dengar rebung? Pasti pernah.. Nah apa baunya rebung kalau kita makan dari lumpia semarang? Pesing bukan? Ya.. secara natural rebung kalau dimasak pasti bau pesing. Nah suku asli di Bengkulu memasak rebung ini dengan cara unik.Â
Sudahlah bau pesing, difermentasi pula! Hahaha. saya sampai mual tertempeli bau lema ini berhari-hari setelah makan dan harus terkurung di udara AC mobil. Bau lema bisa menempel setidaknya tiga hari setelah makan! Lebih parah dari jengkol hahahah.
Namun seperti juga tempoyak di kebudayaan melayu, banyak yang juga menyalahpahami lema. Lema, di luar baunya yang nauzubillah, adalah hidangan yang lezat. Kalau dipikir-pikir mirip sayur kimchi dari Korea. Namun karena bahan dasarnya rebung, jadi lembut dan empuk sekali. Biasanya lema ini dicampurkan dengan potongan ikan dan sayuran, sehingga rasanya sangat khas. Yang penting tahan baunya saja..
Bagaimana dengan Kota Bengkulunya sendiri? Lah sepanjang pengamatan saya kok malah banyak Rumah Makan Padangnya hahaha. Terus terang sulit menemukan rumah makan dengan masakan asli dari Bengkulu di Kota Bengkulu sendiri.
Apalagi yang khas dari Bengkulu? Kalau memang sudah ke arah Curup, singgahlah sebentar ke Kepahiyang. Di sinilah sumber kopi yang enak sekali, kepahiyang. Selintas dari rasanya kopi robusta Kepahiyang agak asam, mirip arabica.Â
Mungkin karena di tanam di daerah tinggi. Namun ia tidak kehilangan karakter kopi robustanya yang berat dan kaya. Aromanya juga harum, mirip gula terbakar. Saat selesai roasting dan grinding, air liur saya langsung menitik mencium aroma kopi kepahiyang.
Masih banyakkah cerita Bengkulu? Masih banyak yang belum saya eksplorasi. Teman-teman bisa ikut memajukan pariwisata Bengkulu, membebaskannya dari kebosanan Pantai Panjang lagi Pantai panjang lagi.Â
Coba mainlah ke Pulau Baai, atau sekalian mainlah ke arah timur, ke bukit barisan, ke arah Curup dan sekitarnya. Selain hawanya sejuk, pemandangannya indah, masakannya juga enak sekali, khas suku Rejang...
Terima kasih Bengkulu!
#1000kmJKW