Apa itu pliek? Saat pertama saya terdampar di Sawang, saya bertanya kepada salah seorang bankir tempat saya menarik uang di ATM. "Saya bukan orang asli sini Bang. tapi di desa ini terkenal karena masakan sayur plieknya." kata si Bankir menjelaskan.
"Di mana letaknya?" tanya saya. "Lurus saja ke arah utara, dekat masjid itu banyak rumah makan khas Aceh Utara. Minta saja sayur pliek."
Mendengar penjelasan si Abang, saya langsung ngiler. Karena ga ngerti apa itu Pliek. Saya pikir semacam bumbu belacan atau terasi. Dan kenyataannya memang semacam itu, bumbu fermentasi. Tapi bedanya ini dari kelapa, alias bungkil, kalau orang Jawa bilang.
Dan jangan harapin rasa dan baunya seyummy terasi. Pernah cium bau minyak goreng tengik karena tersimpan terlalu lama di lemari dapur sampai dirubungi banyak kecuak? Nah.. mirip seperti itulah bau pliek!
Tapi tentu saat berwisata kuliner, kita harus menghormati kebiasaan dan makanan tradisi warga sekitar. Tak enak sekalipun, tidak boleh batal menyuap atau muntah. Harus dipaksa masuk mulut dan hap..! Dinikmati saja..
Si Ibu tertawa karena saya nekat makan langsung dalam bentuk ikan pliek. Harusnya untuk pemula adalah sayur dulu karena sayur cenderung asam dan mirip dengan rasa pliek, sementara kalau ikan mujair yang saya makan, juga berbumbu pliek, malah jadi terasa seperti ikan busuk yang tersimpan berhari-hari...
Hahahaha.
Tapi ada yang aneh dari pliek. Memang saat digigit dan dikunyah, ikannya makin lama terasa makin enak, lupakan aroma dan baunya. Ya, pliek baru bisa kita nikmati aromanya yang masam kalau kita bisa mengerti enaknya saat bercampur dengan rasa kuah santan dan ikan yang gurih. Maka tak lama saya pun bisa makan pliek layaknya orang yang makan jengkol, baru bisa mengerti setelah beberapa kali makan.
Dan satu lagi keajaiban pliek, terutama yang sayur, adalah ini masakan komunal. Baunya yang menyengat saat dimasak mendidih dengan segera menyeruak dan mengundang tetangga untuk datang dan ikut serta menikmati dengan sesuap nasi.
Dengan suasana Desa Sawang yang sejuk di kaki bukit, terbayang nikmatnya bercengkrama menikmati hangatnya kuah sayur pliek sambil berbincang-bincang seputar urusan desa dan keluarga.
Hmmmm... Maka tanpa dikomando, rumah makan yang awalnya hanya menyediakan pliek untuk saya, tiba-tiba ramai dikerumuni warga, terutama yang perempuan.