Mohon tunggu...
Harfi Admiral
Harfi Admiral Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Sepertinya, menulis sudah menjadi kewajiban

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengutuk Teknologi

13 Mei 2022   00:21 Diperbarui: 13 Mei 2022   00:26 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bom Atom (Pexels.com)

Perkembangan teknologi adalah salah satu hal yang tidak pernah bosan untuk dibahas. Setiap membahas mengenai suatu teknologi yang tengah marak di lingkungan kita, dalam kurun waktu yang sangat singkat saja akan muncul sebuah teknologi baru. 

Sungguh, tidak ada habisnya. Semuanya bermunculan bagai gelombang. Tidak terbendung. Apa lagi setelah dunia berhasil menemukan internet, teknologi berdatangan dengan sangat cepatnya.

Jika kita melihat jauh ke belakang, perkembangan teknologi mulai terjadi pada abad ke-18. Pekerjaan manusia mulai digantikan dengan mesin-mesin uap yang tumbuh di Eropa. Semuanya berubah, dari bidang pertanian, manufaktur, infrastruktur, pertambangan, dan transportasi. 

Dari sudut pandang negara, semuanya sangat menguntungkan. Produk-produk bisa dikerjakan dengan sangat cepat. Soalnya, permintaan akan adanya suatu barang juga sangat meningkat drastis. 

Begitu pula di bidang transportasi. Jauh sebelum mesin uap yang lebih efisien ditemukan oleh James Watt, transportasi internasional hanya menggunakan tenaga angin untuk bergerak. 

Dan tentunya itu memakan waktu yang sangat lama untuk sampai di tempat tujuan. Dengan mesin uap, perjalanan antar negara menjadi lebih terjadwal dan cepat, tentu saja.

Hal ini juga mendorong seluruh negara di Eropa pada waktu itu untuk fokus mengembangkan teknologi mereka masing-masing. Untuk mengingatkan, mesin uap pertama kali digunakan di Inggris dengan tujuan sebagai alat tenun mekanis yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. 

Setelah Inggris, negara-negara seperti Jerman, Prancis, Rusia, Spanyol, dan negara-negara Eropa lainnya juga berlomba-lomba. Selain untuk mempermudah suatu produksi barang, penemuan mesin uap juga membantu negara-negara itu untuk mengontrol negara koloninya dengan lebih mudah. Mereka bisa mengirim kapal perang mereka dengan kurun waktu yang lebih singkat.

Namun, dibalik kemudahan penemuan teknologi yang serba membantu ini, kaum pekerja terkena imbasnya. Dulu, sebelum mesin-mesin ditemukan, di sebuah pabrik tekstil bisa menggunakan sampai dengan seratus orang pekerja. 

Sayangnya, setelah mesin-mesin uap mulai merajalela, banyak dari pekerja itu harus terkena pemecatan secara sepihak. Alasannya cukup sederhana. 

Dengan adanya mesin, si pemilik pabrik tidak perlu menggunakan banyak pekerja yang mana akan mengeluarkan biaya yang banyak. Cukup lima orang saja dengan bantuan mesin, pabrik itu sudah bisa menghasilkan barang dua kali lipat dari pada dengan seratus orang pekerja. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan bagi kaum pekerja. 

Pengangguran ada di mana-mana. Jika pun mereka mendapat pekerjaan, upah yang mereka dapat sangatlah sedikit dan tidak manusiawi. Atas dasar ini pulalah muncul pemikiran berlandaskan sosialisme. 

Pemikiran ini banyak diterima oleh kaum pekerja atau kaum buruh. Di masa mendatang, pemikiran ini akan mempersulit negara-negara Eropa Barat.

Selain bagi para pekerja yang kesulitan untuk mendapatkan nafkah, perkembangan teknologi yang disebut sebagai Revolusi Industri ini juga menimbulkan dampak yang mengerikan. Ingat ketika saya menyebutkan negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk memajukan teknologi mereka? Dan semuanya memang seperti itu. 

Seperti perlombaan para anak kecil, negara besar Eropa seperti Jerman, Inggris, Prancis, Kekaisaran Austria, semuanya mencoba untuk menjadi lebih unggul. 

Bidang militer mereka perkuat. Senjata-senjata baru berhasil ditemukan. Ada kapal selam, kapal perang dengan banyak meriam yang bergerak di bawah air. Ada juga panzer dan tank, kendaraan lapis baja yang tahan akan segala medan di daratan. 

Semua itu adalah senjata mengerikan yang berhasil tercipta setelah adanya Revolusi Industri. Dan tidak butuh waktu lama sampai semua senjata itu benar-benar diuji di medang perang. Perang Dunia I, 1914-1918.

Jika kita amati, setelah Revolusi Industri dunia mengalami banyak perubahan. Banyak yang mengutuk akan perubahan ini. Seperti munculnya perang di mana-mana, teknologi yang disalahgunakan, gas beracun, bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki, serta masih banyak lagi yang bisa membuat kita berpikir kalau Revolusi Industri adalah hal yang salah. 

Pemikiran seperti 'seharusnya dunia tidak perlu berubah agar tidak ada lagi nyawa yang terbuang secara percuma' mungkin banyak terdengar. Semua orang bebas beranggapan seperti itu. Bahkan saya pun pernah memikirkan hal yang sama. Teknologi hanya semakin menenggelamkan.

Namun, pernahkah terpikir jika perkembangan teknologi juga memberi dampak yang baik? Contohnya ada sangat banyak. Di bidang kedokteran misalnya. 

Perkembangan teknologi mampu membuat dokter menangani pasiennya jauh lebih mudah. Para dokter bisa mengetahui penyakit apa yang diderita oleh si pasien. 

Dengan teknologi pula, kita bisa merasakan air yang lebih bersih tanpa perlu khawatir terserang penyakit setelah meminum air tersebut. Semuanya memiliki sisi positif. Bayangkan jika teknologi kedokteran tidak semaju sekarang, banyak sekali penyakit yang tidak akan ditemukan obat serta penawarnya.

Jadi, semuanya itu tergantung dan kembali kepada manusianya. Bagaimana cara kita menyikapi teknologi yang berkembang. Tidak semuanya buruk, walau memang ada sebagian domba-domba hitam yang melakukan hal tidak pantas dengan perkembangan teknologi. Semoga saja kita terhindar dari sifat domba-domba hitam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun