Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babak 4: "Negeri Para Perundung"

23 Agustus 2018   21:45 Diperbarui: 24 Agustus 2018   10:16 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: @anitanurfitriany

Arnold sedikit tersenyum ketika Akbar menceritakannya, Alisa yang sadar lalu menepuk senior-nya itu. Lalu Akbar berhenti dan matanya berkaca-kaca. "Bekas luka ini adalah luka dimana ketika saya kecelakaan, tepat dua hari setelah itu Saya, Kemal, dan Felix sedang merayakan kelulusan dengan melalukan touring. Namun sialnya, motor kami diserempet oleh sebuah truk bermuatan besar, beruntung saya hanya mengalami patah kaki." Akbar menarik nafasnya lalu melanjutkan bercerita "Tetapi kecelakaan itu menewaskan Kemal, waktu itu aku mengalami tak sadarkan diri. Sedangkan Felix..

Dia bukan lagi Felix yang ku kenal." kata Akbar "Maksudmu?" tanya Arnold. "Felix mengalami guncangan jiwa setelah kejadian itu. Waktu itu dia sendiri yang melihat jelas jasad Kemal hancur tak berbentuk. Dan sampai saat ini, dia berada di Rumah Sakit Jiwa. Kata Ibunya, dia selalu mengucapkan nama "Hiro dan juga Harimau berulang-ulang kali." kata Akbar. "Oh ya? Aku merinding." kata Alisa sambil memegang tengkuknya. "Mungkin kalian pikir saya mengada-ada. Tapi ini beneran terjadi kepadaku. Dan kejadian itu selalu menghantuiku hingga saat ini." kata Akbar. 

Tak lama kemudian, Akbar pun mengambil tongkatnya dan ijin pulang karena Istrinya tengah menunggu di rumah. "Maafkan saya, hanya itu yang saya tahu. Tolong kalian cari Hiro, dan ucapkan penyesalanku." kata Arnold sambil permisi pulang. "Kau tak percaya lelaki itu kan lis? Dia cocok jadi pendongeng." kata Arnold. "Bisa jadi dia benar." kata Alisa sambil beranjak dari bangkunya.

"Lebih baik kita sudahi saja investigasi kita. Biarkan Polisi yang berkerja." kata Arnold sambil mengenderai mobilnya keluar parkiran. Dan seperti biasanya, ketika siang bolong jalanan di sekitar Sarinah sangat macet dengan para pekerja yang ingin makan siang. Namun entah kenapa disaat itu mata Alisa terbelalak melihat seorang laki-laki berambut biru. Sambil menimbang-nimbang apakah dia akan mengikuti lelaki itu atau bertahan bersama Arnold. Maka dia memutuskan untuk mengejar Hiro. Alisa pun keluar dari mobil dan mengejar lelaki itu. Arnold pun kaget melihat rekannya tersebut.

ilustrasi: @anitanurfitriany
ilustrasi: @anitanurfitriany
Lelaki itu berpakaian dekil, dan sedang menggunakan earphone di kupingnya. Alisa pun berlari dan meneriakkan nama Hiro. Namun lelaki itu tetap tak tersentuh. Lelaki itu berjalan menuju sebuah gang dan masuk ke dalamnya. Ketika Alisa menghampiri, lelaki itu sudah menghilang. Alisa yang tengah kelelahan tiba-tiba melihat sebuah warteg yang dimana mata semua orang tertuju ke arahnya. Dan dia mengintip ada lelaki berambut biru di dalam sana. Alisa pun bergegas masuk dan dia mencoba menyentuh lelaki tersebut. Lelaki itu sama persis dengan yang dideskripsikan Ibu guru tempo hari. Dia Hiro!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun