Dari akhir tahun lalu pada Desember 2017, ketika drawing Piala Dunia dilaksanakan. Saya sudah menambatkan hati saya kepada dua tim, yaitu Argentina dan Kroasia. Sejujurnya, dulu saya adalah fans Belanda yang tidak meyakinkan di babak kualifikasi, hingga gagal masuk Piala Dunia 2018.Â
Alasan saya memilih Argentina dan Kroasia simpel, kedua tim adalah tim tangguh berisikan pemain-pemain sarat berpengalaman di liga-liga top Eropa. Dan juga saya seorang Interisti yang mendukung tiga pemain favorit saya seperti Mauro Icardi, Ivan Perisic, hingga Marcelo Brozovic.
Tapi sayang, saat Argentina melakukan pengumuman pemain-pemain yang dibawa ke Rusia, tidak ada nama Icardi disitu. Jorge Sampaoli, Pelatih Argentina menyatakan Icardi tidak cocok dalam skema tim yang dibawanya.Â
Padahal Maurito, panggilan akrab Icardi sukses mengantar Inter kembali ke wadahnya, yaitu Liga Champions 2018/2019. Dan sukses menjadi pencetak gol terbanyak bersama striker Lazio, Ciro Immobile. Banyak pihak yang kontra oleh pilihan Sampaoli tersebut, terutama dari kalangan fans Inter dan juga fans Barcelona, mengingat Icardi adalah hasil didikan La Masia.
Maurito sendiri sempat mengungkapkan kekecewaanya melalui Instagram, namun kini Icardi mengambil sisi positif dari kegagalannya ke Piala Dunia, yaitu liburan dan mengunjungi beberapa tempat di seluruh Dunia bersama keluarganya.Â
Terlebih lagi, Argentina tampil memalukan di Piala Dunia tahun ini. Lionel Messi yang dianggap menjadi orang yang bertanggung jawab tidak dipanggilnya Icardi, mengingat Messi adalah sahabat dari Maxi Lopez, seorang mantan suami dari Istri dan agen Icardi saat ini, Wanda Nara.Â
Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa skandal Icardi ini adalah salah satu alasan kenapa Messi tidak berteman-dekat dengan Icardi. Bila rumor alasan Sampaoli tidak memanggil Icardi karena pengaruh seorang pemain terbaik itu benar, maka Messi hanyalah pemain arogan yang hanya memikirkan dirinya sendiri, bukan Negaranya. Maka saya tidak akan heran, bila suatu hari perilaku Messi akan mirip dengan dengan perilaku Legenda Argentina, Diego Maradona.
Kembali ke topik utama, kenapa saya memberi judul "Tiga Alasan Kenapa Jika Kroasia Juara Piala Dunia 2018, Akan Mengejutkan Dunia."
YANG PERTAMA ADALAH GRUP NERAKA
Timnas Kroasia sendiri berada di grup D bersama lawan-lawan yang tidak enteng, sebut saja tim-tim sarat pengalaman di Piala Dunia seperti Argentina dan Nigeria. Jika Ingin lolos maka Kroasia harus wajib menang dengan satu atau dua tim tersebut.Â
Ditambah lagi mereka harus menang dengan Islandia, yang notabenenya pendatang baru di Piala Dunia dan sempat menyingkirkan Inggris di babak 16 besar di Piala Eropa dua tahun silam. Namun ternyata Kroasia tampil meyakinkan dengan membungkam tiga tim kuat tersebut, dan melenggang sebagai Juara Grup.Â
YANG KEDUA ADALAH PEMAIN-PEMAIN SARAT BERPENGALAMAN
Syarat untuk membuat sebuah timnas yang bermutu dan bermental juara, adalah bermain di klub-klub papan atas di liga-liga terbaik. Dari semua pemain Kroasia yang memiliki banyak jam terbang di level klub, mungkin nama Luka Modric yang bermain untuk Real Madrid dan Ivan Rakitic yang bermain untuk Barcelona yang mendekati syarat tersebut.Â
Modric baru saja mengantar Real Madrid menjuarai Liga Champions untuk ketiga kalinya berturut-turut. Dan Rakitic masih menjadi tulang punggung lini tengah Barca, setelah mengantar Barca juara La Liga musim lalu dan ditinggal pemain legendaris mereka, Andres Iniesta.
YANG KETIGA ADALAH TIM PALING TIDAK DIUNGGULKAN
Sepakbola itu sulit diprediksi, kadang kita tidak memahami kenapa tim jagoan kita bisa kalah oleh tim yang tidak diunggulkan bahkan dianggap lemah.
Kenapa Jepang bisa lolos fase grup, padahal mereka juga tergabung di Grup Neraka bersama Polandia, Senegal dan juga Kolombia. Penampilan Jepang sendiri menuai pujian. Mereka kalah secara terhormat, setelah melecut tim sekelas Belgia dengan dua gol hingga tersingkir secara menyakitkan.
Kroasia pun sama, setelah menyingkirkan tim Tuan Rumah, Rusia dalam babak perdelapan besar. Kini Kroasia mengikuti langkah Perancis, Belgia, hingga Inggris. Dari keempat tim, Perancis diunggulkan menjadi Juara, lalu Belgia atau Inggris yang memiliki kedalaman skuat yang baik dan Pelatih sarat pengalaman, yang mengerti banyak strategi untuk meredam tim-tim kuat seperti Brazil dan Swedia.Â
Kini, Kroasia punya peluang untuk menyamakan prestasi pendahalunya pada tahun 1998 sebagai juara ketiga Piala Dunia. Namun apakah bisa tim ini menjungkalkan tim sebesar Inggris? Dan meredam pemain-pemain seperti  striker haus gol seperti Harry Kane, dan juga Delle Ali, Jesse Lingard hingga striker muda, Marcus Rashford.
Who knows? kembali pada kalimat saya saat diatas, menonton sepakbola itu layaknya seperti menonton film-film misteri atau horor yang membuat jantung kita berdegup kencang ketika tim kesayangan kita bermain. Maka tak ayal, bila Kroasia masih jadi satu dari empat penantang yang tersisa, untuk mengukir sejarah baru mereka, menjuarai Piala Dunia.
Kadang kita meloncat kegirangan, berpelukan bersama teman-teman yang ikut nonton bersama, hingga menangis atau terdiam membatu, semuanya karena Sepakbola. Salam Olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H