Walaupun sudah banyak orang-orang yang mendengarkan lagu ini menjadi terbawa rasa, terhiba-hiba hatinya, tersenyum-senyum bibirnya, terkenang-kenang dengan kampung halamannya, terbayang-bayang olehnya lekuk indah gonjong rumah gadang. Yah! Sudah! Ini Cuma lirik lagu.
Ketika kita hadapkan kepada hukum kausalitas yang kita maknai secara singkat adalah sebab-akibat, membuat kita sampai hari ini percaya sekali keterlibatan hukum Illahi serta ketetapan alam mempengaruhi semua lini kehidupan manusia.
Secara sangat sederhana perjuangan hidup yang berjalan secara dinamis akan menghasilkan pencapaian-pencapaian yang sesuai dengan ikhtiar dan kesungguhan kita, dengan keyakinan teguh untuk berubah membuat manusia memang akan mengalami kausalitas. Sangat jelas sekali lirik mabuak untuang jo parasaian adalah manifesto utopis Urang Awak dalam merubah hidup dan menjadi manifesto konkrit apabila meniadakan kata mabuak dengan kalkulasi kata parasaian di eksekusi menjadi untuang.
Diantara berganda kata untuang dan mabuak harus ada salah satu rela ditinggalkan yang akhir nya akan menjadi  satu kata, saya pun memutuskan kata untuang di jadikan kata satu-satunya untuk sebuah dikte akhir dan filosofis akhir dari serangkai lirik lagu ini.
Bagaimanapun juga dari kata untuang kita akan berfikir sebuah impian masing-masing kita yang menginginkan hidup tanpa mabuak dan tanpa parasaian, tetapi bagaimanapun juga keberadaan kata untuang itu layak di jadikan satu-satunya kata karena adanya kata mabuak dan parasaian yang telah berdampingan menyatu menjadi sebuah kalimat. Setelah semua ini selesai berjalan saya pun sepakat kata untuang menjadi sebuah "doa" bukan sekedar lirik lagu, karena sangat mengandung makna futuristik yang hakiki, banyak manfaat untuk diri sendiri dan orang banyak.
Dari berjuang lurus menuju ke-kukuh-an asa
Di kandang kambiang kito mambebek di kandang harimau kito mangaum, bialah
kapalo baluluak asa tanduak lai makan. Sebuah ungkapan yang menafsirkan watak orang Minang yang di ekspresikan secara diam bahkan terang-terangan ketika beradaptasi dimanapun berada dan kapanpun waktunya hingga sejauh manapun orang Minang merantau. Orang Minang akan menjadi sosok yang tau diri dan rendah hati karena dia sadar kalau mereka bukan berada pada kampung halamannya hingga akan berjuang samati aka dari pada malu tidak membawa kesuksesan ke pulang kampung halaman nantinya.
ketika mereka sedang berada dalam mencari sesuatu yang di inginkan dan ketika mereka sudah berada pada posisi genting di tengah-tengah tuntutan, mereka harus bisa beradaptasi dimanapun berada dan kapan saja waktunya dengan melakukan sesuatu hal yang bisa membuat dia bisa survive pada hidupnya hingga capaian-capaian yang di inginkan bisa terwujud. Maka dari itu penggalan pituah " bialah kapalo baluluak asa tanduak lai makan"
ini adalah gambaran konkrit bahwasanya orang minang itu sosok pejuang yang gigih dan kukuh hingga akan melakukan segala sesuatu "asa tanduak lai makan".Â
Sebuah kekukuh-an orang Minang yang sangat memeluk erat "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah"Â orang minang tidak akan melupakan hal ini hingga mereka menjadi sosok manusia yang futuristik.
Ranah berjuang!