Kecemasan
Seperti dirimu, kecemasan juga pernah menggoyahkan pelita jiwaku. Kecemasan itu seperti angin ribut yang berusaha memadamkan apapun yang menyala, termasuk semangatmu.
Pasrah
Entah apa yang bisa diperbuat makhluk kecil sepertiku. Aku hanya pasrah pada kehendak-Nya. Kemudian aku sadari tak ada lagi kecemasan yang mengusik. Rongga jiwaku mulai terisi embun-embun ketenteraman.
Kecemasan ibarat genangan air. Ia akan mencari titik rendah semangat manusia. Aku coba menjauhi genangan kecemasan. Lalu menyelam dalam renungan. Memunguti kembali kepingan-kepingan masa lalu yang berlimpah karunia-Nya. Tak terasa air mata mengalir. Menyesali kebodohanku yang menerima nikmat-Nya tanpa bersyukur.
Jaring Kecemasan
Kebodohan kita telah menciptakan jaring-jaring kecemasan. Mengunyah segalanya tanpa rasa bersalah. Akhirnya buah perbuatan kita tumbuh semakin membesar. Dan kita pun dihinggapi kecemasan.
Reguklah setiap tetes renungan yang kau lakukan. Meski sedikit, kau akan merasakan kesegarannya. Karena tetesan itu lahir dari kebijaksanaan yang mengendap dari dalam jiwa kebenaran.
Tempat Berpijak
Pijakkan kakimu pada tempat yang benar. Karena kecemasan sewaktu-waktu mampu menyeretmu ke dalam kubangan rasa putus asa. Temukan tempat berpijak yang kokoh dalam perenungan yang hikmat. Jika beruntung, kau akan menemukan ketenangan hakiki.
Perkara Kecil
Tanpa sadar kadang kita suka bermain-main dengan perkara kecil. Lalu menyodorkan prasangka-prasangka. Lantas benih-benih kecemasan tumbuh seperti jamur. Kita memupuknya siang malam menjadi kecemasan yang berwarna-warni.
Surabaya, Rabu 21/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H