Aku terengah melepaskan diri
dari kejaran rinai prasangka
yang semakin lebat di pikiran
Semula ia rebahkan diri di atas dukaku
kemudian menikmati suara galau
yang bergemuruh
Ia sodorkan realita
yang menyesakkan dada
tanpa bahagia
Mulutnya menderapkan kepalsuan
yang semakin meruncing
mengacaukan ketulusan
Aku hanya bisa pasrah
menggenggam kebaikan yang tersisa
semoga tak hambar di lidah
Surabaya, 22/10/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!