[caption caption="Wanita Berambut Kupu-kupu {www.freepik.com)"][/caption]
Duduk melamun, kupu-kupu memandang kata-kata yang terbang tinggi.
Kata-kata kadang hinggap kemudian bermekaran, tapi juga bisa menangis di pelukan kesedihan.
Dulu, kupu-kupu pernah piknik bersama keluarganya di sebuah taman.
Dengan berbekal keindahan taman. Kupu-kupu sangat senang di sana.
Ia menari dan bernyanyi, menangkapi kata-kata.
Jangan kamu tangkap kata-kata itu. Kasihan, mereka ingin bebas di alam pikiran!
Biarkan mereka terbang bebas selayaknya kita yang hidup bebas di dunia ,” kata Nenek kupu-kupu.
Kupu-kupu lalu melepas kata-kata itu.
Kupu-kupu pulang karena taman mulai gelap, matahari mulai masuk ke peraduan bunga tulip, menyisakan keindahan warna pelangi.
Surabaya, 20/03/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H