Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maling Besar juga Pernah Kecil, kan?

9 November 2015   16:27 Diperbarui: 9 November 2015   22:41 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ide lain termasuk copot aki sampai dengan tidur di mobil mewarnai percakapan seru yang tiada ujung pangkal ini.

Ada satu ide solusi yang cukup menggelitik saya yang ditawarkan dari salah satu member yang sudah pernah menginjakkan kaki di tanah suci bahkan berfoto dengan kostum sepedaan "CBC", sungguh menjiwai beliaunya.

Solusi dari beliau adalah, "Kata ustadz solusinya.. perbanyak sedekah krn sedekah menghindari dri musibah dan marabahaya..."

Sebuah ide pendekatan secara religius yang ditanggapi semangat oleh member lain.
"Setujuuuuuh...."
"Super sekali.."
Ditimpali juga oleh teman lain yang menguatkan, "Betul sekali om ***....kl segala cara pengamanan fisik sdh dilakukan....pamungkasnya pasrah pd Allah SWT dan perbanyak sedekah."

Sungguh religius ternyata group yang sering diskusi absurd ini. Disambung lagi oleh komentar member lain dengan solusi pendekatan ini.
"Solusinya dengan menanamkan ilmu akhlak semenjak kecil sehingga menjadi anak yang sholeh..paham yang baik dan buruk...maling2 tadi pasti pernah kecil kan..?"
Disamber oleh teman yang tinggi gedhe, "Nah.... ini salah satu bagian ajakan saya....duluuuuu.. Maling-maling besar itu tentu dulunya pernah kecil....

...yaitu maling maling kecil....", ternyata tambahan komentar yang absurd.

Cukup panjang diskusi selanjutnya dengan bumbu sana-sini dan berkembang ngalor ngidul tanpa kesimpulan. Kemudian nyambung dengan diskusi lainnya yang bahkan nggak nyambung sama sekali. Benar-benar sebuah diskusi absurd dari group yang aneh.

Cukup!
Tidak usah kita bahas ulah absurd para member yang aneh tadi, sudah terlalu panjang kalau harus copy paste satu-satu komentar mereka. Yang cukup menarik untuk kita simak adalah mengenai solusi yang terakhir tadi. Solusi pendekatan dari sisi moral dan agama yang dimulai semenjak dini. Apakah sudah telat? Hamil donk..#ehh...
Tidak ada kata terlambat selama konsumsi pil KB Anda tidak lewat..uppss...

Stop!
Kita lanjut diskusinya.
Sudah telat kah? Sudah terlanjur? Sudah parah? Mustahil diperbaiki?
Tentu tidak...!

Sama sekali tidak ada kata terlambat. Saat ini maling-maling tadi sudah besar, kita tidak tahu dulunya saat kecil seperti apa. Bisa jadi dulunya mereka anak-anak yang sopan santun atau memang berandalan dari semenjak ceprott..terlahir di muka bumi, tidak mungkin kalau yang ini. Anak-anak terlahir putih bersih tanpa embel-embel dosa warisan dari orang tuanya atau siapa pun.

Tapi yang bisa kita ambil sebagai insight-nya adalah bahwa tidak mudah membentuk sebuah moral pada setiap individu yang pada akhirnya merupakan cerminan dari mental bangsa ini. Bukan sebuah perkara mudah dan instan untuk membuat sebuah kultur budaya di masyarakat dan justru bahkan bisa sebaliknya, dengan sangat cepat untuk menghancurkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun