Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Waspadai Serbuan Jama'ah Malliyah!

29 Juni 2015   12:31 Diperbarui: 29 Juni 2015   12:43 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jama'ah Malliyah menyerbu pusat perbelanjaan (source: theglobejournal.com)

Merebaknya aliran-aliran yang cukup beragam di tanah air memang perlu untuk kita waspadai. Menjelang paruh waktu kedua bulan Ramadhan ini kita harus mewaspadai akan munculnya sebuah aliran baru yang saya sebut sebagai Jama'ah Malliyah. Jangan sampai kekhusyukan ibadah kita di bulan suci ini menjadi terganggu dan berkurang pahalanya gara-gara kita ikut menjadi bagian dari jama'ah Malliyah ini.

Jama'ah Malliyah yang saya bicarakan ini bukan seperti kelompok jama'ah-jama'ah sliran agama atau garis keras semacam ISIS dan turunannya, tapi merupakan sekelompok orang atau jama'ah yang beramai-ramai, berbondong-bondong menyerbu Mall-mall dan pusat perbelanjaan menjelang Lebaran. Euforia menyambut lebaran seringkali membuat kita lupa diri, apalagi ditambah gencarnya promosi dan rengekan anak istri yang membuat emosi kita membumbung tinggi. Fenomena ini pasti sudah tidak asing lagi dan akan segera kita jumpai.

Dari data statistik yang saya kumpulkan dari masjid di dekat rumah, jumlah Jama'ah sholat Tarawih semakin hari makin terlihat adanya kemajuan. Pada saat awal-awal Ramadhan, jama'ah penuh sesak memenuhi masjid, bahkan sampai luber ke belakang dan jalanan samping masjid. Seiring waktu berjalan, barisan jama'ah mengalami kemajuan. Yup..kemajuan secara harfiah. Pelan-pelan jumlah shaft bergerak maju, yang awalnya penuh sampai baris belakang sedikit demi sedikit mulai maju ke barisan depan. Yang pada awal-awal puasa kita harus datang lebih awal biar kebagian tempat buat sholat Tarawih, telat sedikit bakal kebagian tempat di halaman masjid, tapi semakin tambah hari semakin mudah untuk kita mendapatkan tempat nyaman untuk sholat Tarawih. Hebat bukan..? Dan masih mengambil dari data statistik juga dari Mall di dekat rumah juga, kemajuan jama'ah sholat Tarawih ini memicu bertambahnya jama'ah Malliyah yang memadati pusat perbelanjaan di malam hari. Merupakan sebuah korelasi positif vs positif, kemajuan jama'ah sholat Tarawih meningkatkan jumlah jama'ah Malliyah. Coba nanti saya buat grafik eksponensial untuk menjelaskan korelasi antara dua parameter ini.

Menjelang paruh waktu kedua bulan Ramadhan ini bertepatan dengan masa gajian yang jatuh di akhir bulan maupun awal bulan nanti. Hal ini mau tidak mau dan harus kita sadari sebagai salah satu faktor pemicu bertambahnya jumlah jama'ah Malliyah. Masih ditambah lagi THR yang akan diterima berikutnya atau malah sudah diterima rapel dengan gajian bulan ini, tentunya menambah kuatnya pasokan amunisi dari jama'ah Malliyah ini. Kondisi ini sebenarnya merupakan hal umum dan wajar kita jumpai setiap tahunnya di negeri ini. Sedikit kontradiktif sebenarnya dengan kondisi ekonomi yang dikabarkan terjadi perlambatan, coba nanti saya belum lihat data statistiknya dari warteg sebelah rumah.

Sesuai dengan hukum ekonomi supply and demand yang baru saja saya buka catatannya dari meja teman sebelah, fenomena ini memicu bergairahnya kondisi pasar. Para pelaku pasar berlomba-lomba untuk memberikan promosi maupun diskon untuk produk-produknya, dengan harga spesial tentunya. Spesial khusus menyambut lebaran, setelah itu akan balik lagi harga normal, tanpa diskon tapi bisa jadi lebih murah harganya karena tidak ada yang beli. Saya akan update lagi nanti dari hasil survey pasar senggol kampung sebelah.

Ketika para penjual di Mall-mall berlomba-lomba memberikan diskon sehingga harga-harga (seolah-olah) menjadi lebih murah, hal ini berbeda dengan yang terjadi di pasar tradisional yang menjual berbagai kebutuhan pokok. Dari hasil sidak ke pasar tumpah di gang sebelah, tanpa tutup tedeng aling-aling dijumpai para pedagang sembako dengan gagahnya menawarkan harga-harga yang semakin naik, diskon yang ada tergantung dari kejudesan emak-emak dalam menawar. Demi melihat semakin membumbungnya harga sembako apalagi nanti mendekati Lebaran, analisa saya selain memang hal ini terpengaruh oleh faktor supply and demand, ada satu faktor lagi yang kemungkinan besar berperan, yaitu adanya penimbun, oknum yang memanfaatkan kondisi musiman ini. Jika saya coba analisa lebih dalam lagi dan mengaitkan dari kultum pak ustadz waktu kecil dulu bahwa di bulan Ramdhan ini setan-setan akan dibelenggu selama satu bulan penuh, sangat bisa dipastikan bahwa oknum penimbun sembako ini adalah bangsanya setan. Karena mereka mau dibelenggu selama sebulan penuh, maka sebelum bulan Ramadhan kemarin curi start nimbun sembako dulu, inilah akibatnya.

Baiklah, sebagai penutup saya berwasiat kepada diri sendiri dan para jama'ah sekalian. Waspada dan berhati-hatilah terhadap kemunculan jama'ah Malliyah ini. Buat rencana dan persiapan menyambut lebaran tahun ini dengan tenang. Pilah mana yang hanya sebuah keinginan dan mana yang benar-benar merupakan kebutuhan. Buat kalkulasi kebutuhan dan pengeluaran termasuk rencana silaturahmi ke keluarga besar atau ke kampung halaman. Jangan sampai batal rencana silaturahmi gara-gara kita terjerumus masuk ke dalam jama'ah Malliyah ini dan kehabisan ongkos buat pulang kampung. Waspadalah....waspadalah..!!

Salam,
HUM

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun