Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakura Matsuri : Ketika Miyabi ke Indonesia

28 April 2012   17:00 Diperbarui: 5 November 2015   22:45 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_174159" align="aligncenter" width="522" caption="Sakura Matsuri @Citywalk "][/caption]

Sore tadi saya jalan-jalan bareng istri dan anak-anak ke acara Sakura Matsuri di Citiwalk, Lippo Cikarang. Berawal dari rasa ingin tahu ketika melihat poster acara tersebut beberapa hari yang lalu. Kira-kira apa sih acaranya ya? Kalau melihat judul di atas, pasti mikirnya nggak jauh-jauh seputar kompor, hot..*:nyengir. Tahu kan siapa Miyabi? temennya Miyako, buat menanak nasi, dijamin panas kan..*:senyum. Yap, siapa sih orang Indonesia yang nggak kenal Miyabi? Kenal sih pasti nggak, tapi pasti tahu dan pernah "menikmati" :D. Judul di atas sengaja ditulis demikian untuk mengaitkan dengan sebuah festival atau dalam bahasa Jepang disebut Matsuri. [caption id="attachment_174175" align="aligncenter" width="497" caption="Festival Band (Doc: HUM)"]

1335628575441709771
1335628575441709771
[/caption] Festival

Jepang - Indonesia yang bertajuk Sakura Matsuri ini, dari hasil investigasi ketika muter tadi sore sepertinya merupakan sebuah festival yang menyajikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan budaya Jepang. Memang di daerah Cikarang yang merupakan kota industri, banyak sekali perusahaan asing yang berdiri di sini, termasuk sekian banyak perusahaan dari Jepang baik yang berdiri sendiri maupun joint venture dengan perusahaan lokal, sehingga tidak aneh kalau banyak dijumpai orang-orang ekspatriat yang bermukim di daerah ini bersama keluarganya. Di acara Sakura Matsuri ini ditampilkan berbagai macam pertunjukan dan acara, seperti pentas musik, fashion show, kuliner dan berbagai lomba lainnya yang bertemakan budaya Jepang. [caption id="attachment_174178" align="aligncenter" width="516" caption="Kuliner khas Jepang (Doc: HUM)"]

13356292031205030069
13356292031205030069
[/caption]

Sedikit flashback ke jaman sebelum kemerdekaan dahulu kala, Jepang merupakan salah satu negara yang diklaim sebagai penjajah. Konotasi penjajah tentunya sangat kita pahami melalui pelajaran sejarah yang kita dapat dari bangku sekolah. Sejarah mencatat berbagai bentuk kekejaman yang diterima bangsa kita saat penjajahan Jepang pada masa itu. Perkembangan jaman saat ini memposisikan bangsa Jepang sebagai "mitra" bagi bangsa kita, terbukti dengan berbagai penjanjian diplomatik yang dibuat oleh kedua negara dan secara nyata terlihat dari banyaknya perusahaan asing tersebut yang berdiri di tanah air ini. Dari catatan sejarah hampir tidak ada kita jumpai cerita positif tentang penjajah pada masa pra kemerdekaan, baik itu pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Tidak salah mungkin memang kalau ada orang mengatakan bahwa sejarah itu ditulis berdasarkan penguasa, dalam artian bahwa seorang yang dianggap penjahat perang oleh kita bisa jadi merupakan pahlawan bagi negerinya. Jadi memang susah sekali untuk bisa melihat sejarah dari berbagai sudut pandang.

Melihat kenyataan hubungan Indonesia dengan Jepang saat ini, saya sedikit tergelitik untuk merenung membayangkan yang terjadi pada jaman penjajahan sekian tahun silam. Terlintas di pikiran, mungkin saja banyak hal positif yang kita dapat dari para penjajah kita pada masa itu yang tidak terungkap oleh catatan sejarah kita. Hal positif yang saya jumpai sekarang dan cukup salut dengan orang-orang Jepang yang pernah saya kenal adalah mengenai etos kerja dan kedisiplinannya. Tidak heran jika Anda pernah berkunjung ke negeri Sakura itu dan mendapati perbedaan yang mencolok dengan kondisi negeri kita ini. Ya..budaya disiplin, itu merupakan salah satu hal positif yang mestinya bisa kita dapatkan saat penjajahan Jepang jaman dahulu kala. Budaya hidup teratur, disiplin, respek terhadap orang lain merupakan hal-hal positif yang bisa kita tiru dari bangsa Jepang.

Memang ada juga hal negatif dari budaya Jepang yang menurut saya tidak bisa dicontoh, misalnya minum sake atau arak yang merupakan minuman keras yang bisa memabukkan. Budaya Jepang memposisikan minum sake sebagai ritual jamuan untuk menghormati tamu, dan tentu saja bisa berefek memabukkan jika tidak terbiasa atau terlalu banyak. Pernah dapat cerita dari seorang kenalan orang Jepang, setelah menghadiri jamuan makan dan minum yang dilanjut karaoke sehingga minum terlalu banyak dan hampir mabuk, si orang Jepang tersebut sadar diri kalau dalam kondisi mabuk sangat berbahaya jika mengendarai mobil. Yang dia lakukan adalah panggil taxi untuk mengantar pulang dan mobil diminta orang lain untuk membawa pulang ke rumah. Jadi meskipun senang "bersenang-senang", tapi tetap disiplin dan sadar akan resiko yang bisa menimpanya.

Hal lain yang mungkin bisa kita sebut sebagai budaya juga adalah "budaya bebas" anak muda di Jepang. Ironis sekali ketika kita melihat begitu populernya seorang Miyabi di negeri kita ini, atau begitu hebohnya anak-anak muda negeri kita ini menyambut konsernya artis dari Korea, SuJu, sampai rela antri panjang seharian. Sempet merenung ke jaman penjajahan dulu lagi, mungkin saja saat itu para cewek-cewek ABG yang sekarang merupakan nenek-nenek kita mengalami hal yang sama kah dengan ABG jaman sekarang? Saat pasukan penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan gagahnya, mungkin sambutannya sama hebohnya ketika menyambut kedatangan SuJu. Bisa jadi para wanita Jugun Ianfu pada jaman itu menikmati tugasnya melayani para penjajah. Ahh..sudahlah, sejarah sudah mencatat berbagai macam penderitaan mereka, tidak baik rasanya berandai-andai yang negatif. [caption id="attachment_174177" align="aligncenter" width="440" caption="Narsis gaya Jepang (Doc: HUM)"]

1335628882955047598
1335628882955047598
[/caption]

Yang jadi ironisnya adalah kenapa bukan budaya "positif" tadi seperti disiplin, etos kerja, teratur dan sebagainya yang coba kita contoh dari bangsa-bangsa asing tersebut. Memang tidak dipungkiri sosok Miyabi dengan wajah polosnya bakal menggetarkan setiap lelaki yang melihatnya, apalagi ketika dia sedang acting dengan "polosnya" *:nyengir. Mungkin kalau kita bisa mengenal lebih dekat sosok Miyabi, kita bisa dapat berbagai hal positif dari seorang Miyabi. Yah, paling tidak saya yakin Miyabi masih menerapkan budaya disiplin dari nenek moyangnya, misalnya setelah acting "polos-polosan", saya yakin habis itu pasti tidak lupa mengenakan pakaiannya lagi, kalau tidak bisa-bisa masuk angin kan..?? *:nyengir lebar

Bagi Anda yang pengen menyaksikan acara Sakura Matsuri ini masih ada satu hari lagi besok hari Minggu, datang saja ke Citywalk Lippo Cikarang 'n buat yang pengen mengenal lebih dalam sosok Miyabi, bisa kontak saya untuk berbagi koleksi..*:nyengir jorok.

 

Salam,

HUM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun