Manchester United FC merupakan klub yang fenomenal di pergantian abad ke-20 ke abad ke-21. Sejarah mencatat bahwa klub yang berdiri pada tahun 1878, memang pernah meraih gelar juara liga Inggris bahkan Piala Champions Eropa. Akan tetapi frekuensi tim yang berjulukan 'Red Devil' ini menyandang juara, tidak seberapa dibanding saat klub diasuh oleh Alex Ferguson. Sir Alex memulai debutnya bersama Manchester United pada musim 1986/1987.Â
Setelah 4 musim tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan diintai oleh bahaya pemecatan, Mark Robinson menyelamatkan karier Alex Fergusson di Piala FA, yang berakhir dengan keluarnya  Man United sebagai juara pada musim 89/90. Musim berikutnya, Sir Alex membawa United menjadi juara Piala Winners musim 1990/91.
Setelah menunggu selama 26 tahun, akhirnya pada musim 1992/1993 United meraih juara liga Inggris, dimana pada tahun itu telah berganti nama menjadi Premier League. Kedatangan Eric Cantona tidak dapat dilepaskan dari prestasi tersebut. Sejak saat itu, hegemoni United di Premier League seakan tidak terbendung lagi.Â
Alex Ferguson mampu mempersembahkan 13 juara Premier League selama kepemimpinannya sebagai manajer dan pelatih United. Bukan hanya itu, United juga banyak menjuarai berbagai kompetisi di Inggris, seperti Piala FA, Piala Liga, dan Community Shield. Prestasi di kancah internasional juga ditunjukkan 'Setan Merah' pada periode tersebut dengan 2 kali menjadi juara Piala Champion, 2 kali Piala UEFA, dan 1 kali Piala Winner. Pendek kata, Alex Ferguson benar-benar telah merubah United menjadi tim yang disegani di dunia.
Man United bermarkas di Stadion Old Trafford yang didirikan tahun 1909. Stadion ini ternyata pernah juga digunakan Manchester City sebagai kandangnya pada tahun 1941 sampai 1949. Setelah mengalami beberapa kali renovasi, stadion yang mempunyai julukan 'The Theatre of Dreams' ini sekarang berkapasitas lebih dari 75 ribu penonton, dan sedang direncanakan memperbesar stadion sehingga dapat menampung 100 ribu penonton.Â
Lokasi Old Trafford berada di pinggir kota Manchester, dan masuk ke daerah Trafford. Sekalipun demikian, akses ke stadion tersebut sangat mudah dari pusat kota Manchester. Kita tinggal naik tram sekali, selama kurang lebih setengah jam, dan berhenti di Old Trafford Tram Stop. Â Dari pemberhentian tram ini kita tinggal menyusuri jalan yang tidak besar, melalui Old Trafford Cricket Ground dan Trafford Town Hall, sebelum sampai di Sir Matt Busby Way. Di sepanjang jalan menuju stadion kita akan temui restoran dan bar, yang hanya buka saat Old Trafford menggelar pertandingan.
Pemandangan alam diperindah oleh hiasan bangunan dan jembatan yang dibuat manusia. Di seberang jembatan, terdapat areal yang dikenal dengan Lowry, dimana terdapat outlet, restoran, dan sebagainya. Kalau ingin cuci mata, berbelanja, makan, minum, atau sekedar jalan-jalan tidak ada salahnya untuk mengunjungi tempat ini.
Di depan Stadion Old Trafford, kita dapat menemui Trinity Man United yang merupakan patung dari tiga legenda Man United, yakni George Best, Denis Law, dan Bobby Charlton, yang sedang menghadap ke arah stadion. Patung lain yang ada di stadion adalah patung Sir Matt Busby yang terletak di depan tribun timur.Â
Sir Matt Busby bernama lengkap Alexander Matthew Busby mempunyai jasa besar pada United karena berhasil mengantar United menjadi juara Liga Champions musim 1967/1968. Sudah barang tentu di stadion ini juga ada patung manajer terbesar yang pernah dimiliki Man United, Sir Alex Ferguson.Â
Di sisi stadion kita dapat menemui Munich Tunnel, yang didedikasikan untuk mengenang jatuhnya pesawat yang membawa tim Man United ke Munich tahun 1958, yang dikenal dengan 'Tragedi Munich'. Di halaman depan disediakan tempat duduk, yang tentu sangat bermanfaat bagi pengunjung untuk menikmati stadion ini. Di tembok yang terletak dekat tempat duduk itu, dibuat gambar-gambar dengan wajah yang sangat dikenal fans Man United. Jika ingin membeli souvenir, maka Megastore yang terletak pada bagian depan stadion akan siap melayani kita.
Di saat inilah kita dapat mengambil foto pada spot yang paling tepat di dalam stadion. Sedangkan pada kunjungan ke musium, kita akan menyaksikan sejarah Man United dari awal berdirinya hingga sekarang, para pemain yang menjadi legenda, dan berbagai prestasi yang telah diraih klub yang direfleksikan dari piala yang dipamerkan.
Sayangnya, setelah Sir Alex meninggalkan Man United, prestasi Setan Merah tidak lagi secemerlang dulu, walau masih meraih Piala Liga Eropa UEFA musim 2016/2017, dan Piala FA musim 2015/2016. Kehilangan pemain-pemain hebat, sekelas Eric Cantona atau Christiano Ronaldo, tidak berpengaruh banyak terhadap kekuatan Man United.Â
Tetapi, kehilangan seorang Alex Ferguson, kekuatan Man United seakan pergi bersama sang Manajer. Theatre of Dream tidak lagi 'angker' bagi lawan, padahal Sir Alex meninggalkan tim juara. Salah satu penyebabnya karena budaya 'Sir Alex' telah berakar dan tertanam kuat dalam Man United, sehingga kepergiannya menimbulkan shock culture, dimana semua elemen di Man United harus cepat mengadopsi dan beradaptasi dengan budaya baru.Â
Inilah yang menyebabkan tidak ada pelatih 'papan atas' yang berani menjadi suksesi Sir Alex, bahkan pelatih sekelas Pep Guardiola pun 'menghilang' setelah ditawari oleh Alex Ferguson. Mereka paham bahwa menyesuaikan akar budaya yang ditinggalkan Fergie, akan sama artinya dengan membentuk tim baru. Peluang untuk konsisten bermain bagus, apalagi menjadi juara sangat tipis. Makanya, pelatih dengan kualitas dan pengalaman yang lebih rendah yang berani menggantikan Sir Alex.
Bagi David Moyes menjadi manajer sekaligus pelatih Man United merupakan pencapaian yang sangat tinggi. Â Jika dia berhasil menggantikan Sir Alex maka kariernya akan melambung tinggi, sedangkan jika gagal dia tidak akan rugi terlalu besar. Tetapi dari perspektif lain, Moyes bagaikan 'tumbal' bagi pelatih papan atas.Â
Ketika Moyes menunjukkan kinerja buruk, maka terbentuk citra bahwa Man United telah lemah. Siapapun pelatih akan berani menggantikan Moyes, karena misinya adalah mengembalikan kekuatan Man United. Menggantikan Sir Alex untuk mempertahankan kekuatan Man United merupakan pekerjaan yang mustahil, yang berpotensi merusak reputasi pelatih papan atas. Akan tetapi menggantikan David Moyes untuk memperbaiki kekuatan Man United merupakan pekerjaan yang lebih mudah. Pendukung Man United sudah seharusnya menghargai upaya semua pihak yang terlibat untuk membangkitkan kejayaan Man United kembali.
Glory, glory, Man United,
Glory, glory, Man United,
Glory, glory, Man United,
And the reds go marching on, on, on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H