Siapa yang tak kenal Mr. Bean? Tokoh yang diperankan oleh Rowan Atkinson ini pernah menemani malam-malam kita. Kelakuan kocak, menyebalkan dan tak jarang aneh sangat membantu kita untuk melepas penat sehabis beraktivitas. Walau sekarang serinya sudah tidak ada lagi di TV, tetapi kita masih dapat melihat aksi komedian kocak asal Inggris ini melalui sosial media.Â
Rowan Atkinson tidak hanya memerankan Mr. Bean, tetapi beberapa tokoh lain, yang terkenal di Indonesia tentunya Johnny English, Agen MI-7. Terakhir Rowan Atkinson kembali tampil sebagai Johnny English dalam film yang bertajuk Johnny English 'Strike Again' tahun 2018. Sementara itu film Mr. Bean untuk layar lebar yang terakhir adalah Mr. Bean's Holiday, yang diluncurkan tahun 2007.
Sebagian film Mr. Bean's Holiday dibuat di Paris. Sebagai fans Mr. Bean dan mumpung berada di Paris, kami sengaja menapaki jejak Mr. Bean dalam film tersebut. Kami memulai napak tilas dari Gare du Nord, stasiun kereta yang merupakan tempat pemberhentian Mr. Bean setelah melakukan perjalanan panjang dari London.Â
Gare du Nord merupakan stasiun kereta yang selalu ramai dan sibuk. Wajar saja, sebab stasiun ini merupakan pusat datang dan perginya kereta yang mengangkut penumpang dari dan ke berbagai kota di Eropa. Stasiun ini juga berfungsi sebagai pusat Metro yang beroperasi di dalam kota Paris. Lingkungan sekitar Gare du Nord juga sangat ramai.Â
Di depan stasiun banyak berdiri hotel, restoran, dan pertokoan. Tidak sedikit wisatawan yang memilih menginap di area ini, yang biasanya karena alasan tarif hotel yang tidak terlalu mahal.Â
Walau sedikit jauh dari pusat kota, tetapi mudah untuk pergi kemana-mana, karena dekat dengan stasiun Metro. Bagi wisatawan muslim, area ini juga merupakan salah satu tempat favorit untuk mencari makan, sebab sangat banyak restoran halal di lokasi ini.
Dalam film Mr. Bean Holiday digambarkan bahwa Mr. Bean menemui masalah di stasiun ini, karena salah naik taksi. Mr. Bean yang niatnya ingin ke stasiun Gare de Lyon untuk melanjutkan perjalanan ke Nice, malah dibawa taksi ke La Defense, yang merupakan distrik bisnis. Dalam menapaki perjalanan Mr. Bean ini, kami tidak menggunakan taksi, karena pasti sangat mahal. Kami memilih naik Metro ke La Defense.Â
Banyak yang mengatakan bahwa distrik ini merupakan Paris Moderen, sebab sudah tidak ada lagi bangunan kuno bergaya Eropa. Di sini hanya ada bangunan-bangunan tinggi dengan arsitektur moderen.Â
Di distrik bisnis ini berdiri sebuah monumen, yang dikenal dengan nama Arche de la Defense atau La Grande Arche. Bentuknya mirip seperti kubus dengan tinggi 110 meter. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke sini tujuan utamanya memang hanya untuk berfoto dengan monument ini.
Setelah menemukan rute perjalanan, dia pun berjalan kaki menuju Statasiun Gare de Lyon. Walau ngefans berat sama Mr. Bean, tetap saja kami berpikir puluhan kali untuk mengikuti kelakuannya.Â
Rute jalannya sebenarnya mudah, karena tinggal lurus saja melewati Arc de Triomphe, dan Musium Lovre. Masalahnya, kalau berjalan kaki, kita butuh waktu lebih dari dua setengah jam untuk sampai ke tujuan. Jadi, kami putuskan untuk naik Metro saja.
Gare de Lyon juga merupakan stasiun kereta antar kota di Paris, tetapi tidak seramai Gare du Nord. Stasiun ini hanya melayani tujuan ke kota-kota di selatan Paris, seperti Nice, Marseille, bahkan ke Barcelona dan Madrid. Di depan stasiun ini juga banyak berdiri hotel, restoran, dan toko-toko. Kalau kita ingin naik bis ke bandara, haltenya ada di luar gerbang stasiun.Â
Tapi hati-hati karena copet mengintai wisatawan di halte itu. Di dalam stasiun, selain melihat platform tempat Mr. Bean naik kereta menuju Nice, kami juga mencari vending machine yang membuatnya terlambat naik kereta. Tak lupa, kami juga mengunjungi restoran tempat Mr. Bean makan seafood mentah khas Prancis.
Siapapun bisa melakukan wisata seperti ini, tentu dengan cerita yang berbeda-beda. Dijamin dengan cerita yang kita miliki, perjalanan akan menyenangkan, dan tentu tidak perlu membayar mahal.
Seorang fans memang paling senang mengikuti idolanya. Tetapi idola bukanlah tokoh yang harus kita 'copy-paste'. Sampai kapanpun kita tidak mungkin menjadi diri tokoh idola kita.Â
Tokoh idola dapat kita jadikan sebagai cermin, dengan mengambil nilai-nilai positif mereka dan membuang hal yang negatif. Tokoh-tokoh idola kita dapat menghasilkan karya-karya besar karena mereka mempunyai jati diri, bukan 'copy-paste' diri orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H