Mohon tunggu...
Hardius Usman
Hardius Usman Mohon Tunggu... Dosen - Humanitarian Values Seeker in Traveling

Doktor Manajemen Pemasaran dari FEUI. Dosen di Politeknik Statistika STIS. Menulis 17 buku referensi dan 3 novel, serta ratusan tulisan ilmiah populer di koran. Menulis hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional bereputasi. Mempunyai hobby travelling ke berbagai tempat di dunia untuk mencari nilai-nilai kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Orang Skotlandia di Glasgow

17 Juni 2020   07:49 Diperbarui: 21 Juni 2020   02:05 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fish and Chips (Sumber: Koleksi Pribadi)

Hari ini perjalanan dimulai dari George Square, alun-alun utama di kota Glasgow. Alun-alun cantik yang konon dibangun tahun 1781 ini, dikelilingi bangunan berdinding batu berwarna coklat atau abu-abu tua.

Di alun-alun ini kita dapat menemui patung yang didedikasikan untuk tokoh termuka Skotlandia, seperti: Ratu Victoria, Pangeran Albert, dan James Watt. Di sisi timur alun-alun berdiri bangunan dengan gaya arsitektur Victoria, yaitu Glasgow City Chamber. 

Hari ini pengunjung George Square cukup ramai. Beberapa orang terlihat mengamati patung-patung berkuda, beberapa orang lagi tampak terpana memandang Glasgow City Chamber, sementara yang lainnya tampak hanya duduk-duduk sambil ngobrol santai, bermain dengan anak-anaknya, atau mengamati merpati yang mencari makan dan beterbangan.

Setelah beberapa lama, kami pun melanjutkan perjalanan ke Glasgow University. Universitas kuno yang dibangun tahun 1451 sebenarnya bukan tempat wisata, tetapi keunikannya mendorong kami untuk mengunjunginya.

Bangunan universitas yang kuno dan megah, dengan dinding yang terbuat dari batu berwarna kecoklatan dan jendela-jendela besar khas Skotlndia memang mempunyai nilai tinggi untuk menarik wisatawan berkunjung. Ketika kita masuk ke dalam, terasa bagai sedang berada di kastil atau benteng. 

Daya tarik bangunan ditambah dengan sejarah universitas yang pernah terukir di sini, di mana tempat lahirnya orang-orang super hebat, seperti Adam Smith, membuat universitas ini layak dikunjungi. Lingkungan universitas juga terasa sangat nyaman, dengan pohon-pohon besar dan rerumputan yang diselingi bunga-bunga.

Glasgow University (Sumber: Koleksi Pribadi)
Glasgow University (Sumber: Koleksi Pribadi)
Kalau saja perut ini masih bisa bertahan dari serangan lapar, kami pasti akan lebih lama menikmati universitas yang asri ini.

Dengan berat hati, kami pun melangkahkan kaki ke luar gerbang. Kami menggunakan taksi menuju stasiun sentral, karena kabarnya di sana ada fish and chips yang enak . 

Restoran yang terletak tepat di bawah jembatan ini relatif sederhana, tetapi tampaknya cukup terkenal. Di dinding restoran, tampak foto beberapa selebriti dan toko terkenal yang pernah berkunjung ke restoran ini.

Porsi makanannya yang tidak terlalu besar, dan cita rasanya yang sangat sesuai lidah, membuat makanan yang tersedia dengan cepat berpindah ke perut kami.

Kami memberi waktu perut kami bekerja sejenak sebelum kami melangkahkan kaki ke pusat perbelanjaan nomor satu di Glasgow, yaitu Buchanan Street.

Area perbelanjaan ini sangat menarik karena bangunannya berarsitektur kuno. Jadi, orang-orang datang ke sana bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga berwisata dengan menikmati bangunan-bangunan kuno, taman-taman kecil yang indah dan jalan yang tertata rapih. Di tempat ini kita juga dapat menemui seniman yang melakukan pertunjukan. 

Saat itu, kami melihat dua kelompok penyanyi yang unjuk aksi secara bergantian. Satu kelompok menyanyikan lagu-lagu Rolling Stones dan kelompok satunya menyanyikan lagu-lagu balada jaman dulu.

Fish and Chips (Sumber: Koleksi Pribadi)
Fish and Chips (Sumber: Koleksi Pribadi)
Ketika badan sudah terasa penat dan hari mulai menjelang malam, kami pun memutuskan untuk kembali hotel. Kami memilih menggunakan taksi. Tarif taksi di sini tidak semahal di London, sehingga untuk alasan praktis kami sering menggunakan taksi. Baru saja sampai tikungan pertama, taksi kami harus memutar arah karena jalanan ditutup. Berarti taksi kami harus berjalan melingkar menuju ke penginapan kami. Tiba-tiba sang sopir mematikan argometer-nya. Ketika kami menanyakan, sang supir hanya menjawab: "It's ok". Kami pun pasrah, karena jawabannya mengandung banyak makna.

Jalan melingkar menuju penginapan ternyata lumayan jauh dibanding jalan biasa. Dalam pikiran, tentu kami harus membayar lebih mahal. Ketika sampai di hotel, sang supir ternyata hanya meminta 5 Pound, harga yang sama kalau melewati jalan biasa.

Kami baru memahami kenapa sang supir mematikan argometer-nya, yaitu agar kami bisa membayar sesuai dengan harga kalau melewati jalan biasa. 

Mematikan argometer di saat ada penumpang sebenarnya sebuah pelanggaran, tetapi sang supir berani mengambil risiko agar tidak membebani pelanggannya. Sebuah tindakan yang berani untuk membela orang lain.

Jadi teringat ketika pagi tadi kami sedang menunggu taksi di depan penginapan. Kebetulan kami menunggu di dekat halte bis. Tiba-tiba seorang Glasgow berperawakan besar dan kepala botak menghampiri kami, dan berkata: "hari ini tidak ada bis karena jalanan digunakan untuk perlombaan balap sepeda". Tampak rasa simpatinya terekspresi di wajahnya karena kami tidak bisa menggunakan bis. Walau kami memang tidak akan menggunakan bis, kami sangat berterimakasih atas kebaikan orang Glasgow ini.

Tak lama kemudian, tiba-tiba dari seberang jalan tampak seorang Glasgow lainnya melambai-lambaikan tangan ke kami sambil mengatakan sesuatu.

Tapi tentu kami tidak mendengarnya dan hanya membalas lambaian tangannya dengan senyum. Mungkin menyadari hal itu, laki-laki yang sudah tergolong tua itu menyeberang jalan dan mendekati kami. Sama dengan laki-laki sebelumnya, dia juga memberi info bahwa bis hari ini tidak beroperasi.

Kebaikan orang-orang Glasgow ini benar-benar memberi kesan di hati kami. Mereka pasti tahu bahwa kami adalah turis, yang mungkin kurang memiliki informasi, dan mereka menyadari bahwa kami perlu dibantu untuk mendapatkan informasi. Bersedia menolong tanpa diminta pertolongan merupakan hal yang langka di jaman sekarang. 

perilaku mereka menyiratkan rasa simpati dan empati atas kendala yang kami hadapi, setidaknya kami akan berlama-lama menunggu bis, padahal bis tidak akan datang. Mengantisipasi agar seseorang tidak menemui kesulitan, merupakan perbuatan yang susah juga didapat sekarang.

Inilah indahnya traveling, kami menjadi tahu bagaimana karakteristik masyarakat di suatu tempat. Ternyata di Glasgow tempat berkumpulnya orang-orang baik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun