Pertama saya diincar di Metro, dan kedua ketika akan naik bus ke Bandara Charles de Gaulle. Mungkin karena mereka mengetahui saya wisatawan, makanya saya dijadikan target.Â
Copet di Paris bukan orang berbadan besar dan wajah sangar, tetapi wanita-wanita muda yang cantik, bahkan anak-anak kecil yang lucu.
Sampai kapanpun mungkin kita tidak akan bisa menepiskan keanggunan Eiffel. Dulu, dari Sungai Seine, kita tinggal menyeberang jalan untuk menyentuh besi berkilau itu. Sekarang sudah tidak bisa.Â
Eiffel kini telah dipagari oleh 'tembok' kaca. Mungkin karena alasan keamanan, sebab sekarang untuk memasuki Eiffel kita harus melewati pintu dengan pemeriksaan yang cukup ketat.Â
Keindahan dan kebebasan terenggut oleh ketakutan. Tentu tidak ada pula yang dapat disalahkan atas kenyataan ini. Hanya saja sekarang kita sulit untuk berfoto dalam jarak yang dekat dengan Eiffel. Wisatawan sekarang banyak berfoto dari sekitaran Musee de l'Homme di seberang Sungai Seine.
Bukan hanya di situ, kaki lima juga banyak di sepanjang Pont d'lena, jembatan yang tepat berada di depan Eiffel, tempat wisatawan biasanya berfoto.Â
Dari satu sisi pedagang kaki lima ini memang memudahkan wisatawan untuk mendapat makanan, minuman atau sekedar cemilan, serta menjual souvenir yang harganya sangat murah dibanding membeli di toko souvenir.Â
Akan tetapi, di sisi lain, pedagang kaki lima ini tentu akan mengurangi kenyamanan dan keindahan, termasuk nilai romantis yang ditawarkan Eiffel.
Eiffel, Louvre atau Arc de Triomphe, tentu tidak akan pernah berubah. Akan tetapi, imajinasi yang membalutnya tidak mungkin terjaga akibat pengalaman yang dilalui seorang wisatawan.Â
Para traveler tentu mengharapkan Paris akan kembali lagi menjadi Paris yang dikenalnya dulu. Bagi traveler, memudarnya imajinasi tentang keindahan tempat wisata, merupakan kehilangan yang sangat berarti.