Siapapun pasti ingin ke Paris. Tidak dapat dipungkiri, begitu banyak keindahan, kenikmatan dan kesenangan yang ditawarkan Paris.Â
Mulai dari aktivitas yang sangat sederhana, dan gratis, seperti: sekedar berjalan sore di tepi Sungai Seine diantara hembusan angin sepoi-sepoi sambil menunggu Menara Eiffel memunculkan sinarnya, atau duduk-duduk di tepi Sungai Seine, sambil menikmati kerlap-kerlip lampu Eiffel.Â
Masih di tempat yang sama, kita bisa meyusuri Sungai Seine dengan kapal menikmati kemegahan bangunan-bangunan khas Paris, termasuk Notre Dame.
Kegiatan yang berhubungan dengan seni kelas dunia, dapat dilakukan dengan mengunjungi Monalisa di Musium Louvre, atau tempat Pablo Picasso dan Vincent van Gogh berkesenian di Montmartre.Â
Kita pun dapat melakukan kegiatan berbelanja atau sekedar window shopping di Champ de Elysees, yang di ujung jalannya berdiri Arc de Triomphe.
Bagi yang suka memompa adrenalin dapat berkunjung ke Disney Land. Saking banyaknya, tidak mungkin kita menyebutkan satu-persatu destinasi yang disediakan Paris untuk wisatawan.
Semua sejarah, keindahan, dan kemegahan Paris disatukan dalam sebuah imajinasi, yaitu 'Kota Cinta'. Walau tidak secara keseluruhan, apa yang ada di Paris sebenarnya juga tersedia di kota-kota lain di dunia ini.Â
Akan tetapi, mengapa Paris terasa beda? Hembusan angin di tepi Sungai Seine terasa mempunyai belaian yang berbeda dibanding Sungai Thames di London.Â
Jalan-jalan sempit di Paris mempunyai nuansa yang berbeda dengan yang ada di Roma. Kerlap-kerlip lampu Eiffel di malam hari terasa mempunyai kerlingan yang berbeda dengan Tokyo Tower.Â
Semua yang ada di Paris pasti dihubungkan dengan suasana romantis. Makanya tidak heran jika banyak pesohor dunia yang membuat ikatan dengan pasangannya di kota ini.
Inilah yang disebut 'the power of image". Phillips Kotler, 'dewa' ilmu manajemen pemasaran mengatakan: 'terkadang citra lebih penting dari kenyataan'. Citra Paris sebagai kota cinta, telah tercatat kuat dalam ingatan kita.Â