Mohon tunggu...
Hardius Usman
Hardius Usman Mohon Tunggu... Dosen - Humanitarian Values Seeker in Traveling

Doktor Manajemen Pemasaran dari FEUI. Dosen di Politeknik Statistika STIS. Menulis 17 buku referensi dan 3 novel, serta ratusan tulisan ilmiah populer di koran. Menulis hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional bereputasi. Mempunyai hobby travelling ke berbagai tempat di dunia untuk mencari nilai-nilai kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Brussel, Saksi Kekuatan Sebuah Legenda

9 Juni 2020   11:52 Diperbarui: 9 Juni 2020   11:41 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari kisah anak kecil yang dikutuk penyihir karena mengencingi pintu rumahnya, kisah bocah yang hilang selama perayaan dan ditemui orangtuanya sedang kencing di suatu sudut, sampai kisah anak raja yang meninggalkan istana untuk bisa bermain-main dengan anak-anak Brussel. Cerita manakah yang paling benar? 

Tidak ada yang dapat membuktikannya. Dalam dunia pariwisata, legenda yang dilekatkan pada suatu benda, tempat atau objek lainnya merupakan daya tarik untuk mengundang wisatawan berkunjung. Jangankan Mannaken Pis, patung Firaun pun tidak akan bernilai apa-apa tanpa kisah yang dikandungnya. Kisah-kisah inilah yang melahirkan imajinasi di kalangan wisatawan, sehingga mendorong mereka untuk menyaksikan secara langsung.

 Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan kisah-kisah rakyat, tetapi apakah kita telah memanfaatkannya untuk tujuan pariwisata yang dapat menghasilkan devisa bagi negara? Malin Kundang, Sangkuriang, atau Roro Jongrang merupakan legenda yang tidak kalah menarik dibanding legenda Mannaken Pis. Sayangnya, semua hanya menjadi dongeng pengantar tidur anak-anak. Padahal, semua itu adalah kekayaan yang bernilai sangat tinggi bagi kemajuan kepariwisataan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun