Mulai dari kisah anak kecil yang dikutuk penyihir karena mengencingi pintu rumahnya, kisah bocah yang hilang selama perayaan dan ditemui orangtuanya sedang kencing di suatu sudut, sampai kisah anak raja yang meninggalkan istana untuk bisa bermain-main dengan anak-anak Brussel. Cerita manakah yang paling benar?Â
Tidak ada yang dapat membuktikannya. Dalam dunia pariwisata, legenda yang dilekatkan pada suatu benda, tempat atau objek lainnya merupakan daya tarik untuk mengundang wisatawan berkunjung. Jangankan Mannaken Pis, patung Firaun pun tidak akan bernilai apa-apa tanpa kisah yang dikandungnya. Kisah-kisah inilah yang melahirkan imajinasi di kalangan wisatawan, sehingga mendorong mereka untuk menyaksikan secara langsung.
 Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan kisah-kisah rakyat, tetapi apakah kita telah memanfaatkannya untuk tujuan pariwisata yang dapat menghasilkan devisa bagi negara? Malin Kundang, Sangkuriang, atau Roro Jongrang merupakan legenda yang tidak kalah menarik dibanding legenda Mannaken Pis. Sayangnya, semua hanya menjadi dongeng pengantar tidur anak-anak. Padahal, semua itu adalah kekayaan yang bernilai sangat tinggi bagi kemajuan kepariwisataan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H