Dibandingkan Jakarta, luas Brussel hanya sekitar seperenam kalinya dengan jumlah penduduk sekitar sepersembilan kali. Tetapi, selain menjadi ibukota Belgia, kota 'kecil' ini juga merupakan ibukota Uni Eropa.Â
Destinasi wisata di Brussel juga tidak dapat dikatakan banyak, sehingga wisatawan asing yang berkunjung juga relatif tidak banyak, yaitu sekitar 3,9 juta pada tahun 2018, bandingkan dengan kunjungan wisatawan asing ke dua kota tetangganya di tahun yang sama, yaitu Paris yang mencapai 40 juta atau Amsterdam yang sebanyak 19 juta. Akan tetapi, wisatawan asing yang berkunjung ke Brussel masih lebih banyak dibanding Jakarta, yang hanya dikunjungi sekitar 2,5 juta wisatawan tahun 2019.
Destinasi utama setiap wisatawan yang berkunjung ke Brussel adalah Grand Place Square, sebuah alun-alun kota yang dikelilingi bangunan indah dan bersejarah. Di sana kita bisa menyaksikan arsitektur bernilai seni tinggi, seperti: Hotel de Ville de Bruxelles, yang merupakan Balai Kota Brussel bergaya gotic yang dibangun Abad 15, dan Musse de Ville de Bruxelles, yang merupakan musium untuk sejarah dan cerita rakyat Kota Brussel.Â
Di ujung alun-alun ini terdapat 'klenik' Brussel, yaitu patung Everard T Serclaes, dimana diyakini jika mengusap tangan patungnya, maka kita akan kembali lagi ke kota ini. Di Paris, dan Roma juga ada 'klenik' semacam ini. Di Paris, kalau kita menginjak titik nol yang terletak di depan katedral Notre Dame, maka kita akan kembali lagi ke Paris. Sementara itu, di Roma kalau kita melempar koin ke kolam Air Mancur Fontana di Trevi kita akan kembali lagi ke Roma. Kalau percaya silahkan mencoba, kalau tidak percaya juga tidak dilarang mencoba.
Untuk Muslim, toko-toko di sini juga menyediakan produk coklat yang mempunyai logo halal. Coklat berlogo halal memang tidak hanya terdapat di sini, tetapi beberapa tempat di Brussel menyediakannya. Satu hal penting bagi wisatawan yang disediakan di tempat ini adalah suvenir. Walau Grand Place merupakan destinasi wisata utama, harga-harga di sini relatif tidak mahal.
Ikon yang wajib disaksikan, bahkan dicari-cari oleh wisatawan di Grand Place ini adalah Mannaken Pis. Wisatawan pasti merasa bagai belum ke Brussel jika kita belum bertemu Mannaken Pis, sebagaimana belum merasa ke Paris tanpa melihat Eiffel atau belum merasa ke London tanpa melihat Big Ben.Â
Uniknya, Mannaken Pis bukanlah landmark yang ukurannya sebesar Eiffel atau Big Ben. Mannaken Pis hanya sebuah patung perunggu yang berukuran 60 sentimeter, dan berbentuk anak kecil yang sedang pipis. Bagi wisatawan yang belum mengetahui sebelumnya, pasti akan tersenyum-senyum kecut penuh keheranan, bahkan beberapa wisatawan menunjukkan kekecawaan pada apa yang disaksikan.
Ketika kenyataan tidak sesuai harapan maka muncullah rasa kecewa mereka. Popularitas memang sangat perlu untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung, tetapi ketika timbul rasa kecewa dari wisatawan tentu dapat membawa masalah. Akan tetapi, kekecewaan sebagian wisatawan terhadap Mannaken Pis, bukan berarti mereka kecewa terhadap Brussel, sebab Brussel menyediakan berbagai destinasi lain yang sangat memukau. Bahkan beberapa wisatawan yang pernah kecewa ketika melihat Mannaken Pis, ketika kembali berkunjung ke Brussel tetap saja mengunjungi Mannaken Pis.
Sebagian wisatawan mungkin kecewa terhadap Mannaken Pis, tetapi sebagian wisatawan lagi justru sengaja datang untuk melihat kembali Mannaken Pis. Legenda dibalik patung kecil Mannaken Pis merupakan pendorong wisatawan berkunjung kembali ke sana. Ada beberapa legenda tentang asal usul patung kecil ini.Â